Sabtu, 08 Juni 2013

Cerita Dewasa Kisah Anak ABG Kembar

Cerita Dewasa Kisah Anak ABG Kembar - Saudara kembarku Jilly namanya. Biasanya orang makin dewasa makin nggak kelihatan kembarnya, tapi antara aku dan Jilly kami tidak berubah banyak. Aku lebih sering pakai rok, dan Jilly lebih suka pakai celana panjang. Tapi itu hanya kalau kita pergi-pergi. Di rumah aku senang juga pake celana jeans butut, apalagi kalau sedang melukis. Yah, itulah aku, si pelukis. Jilly lebih suka bermain piano daripada main cat.

Selayaknya anak kembar, dari dulu kami senang sekali mempermainkan orang. Kami sering bertukar tempat tanpa ada yang tahu. Hanya sekali saja Jilly memotong pendek rambutnya, saat itu kami kelas 1 SMP, tapi setelah rambutnya panjang lagi, dia membiarkannya begitu, dan kekembaran kamipun sempurna lagi. Aku sayang sekali sama Jilly, tapi ada satu kejadian yang tak dapat kulupakan, dan berkesan mendalam, meskipun bukan sesuatu yang patut dibanggakan.

Waktu kami berdua kuliah tingkat dua, aku dan Jilly di universitas yang sama, tapi beda jurusan. Biarpun begitu kita berdua selalu bercerita tentang teman2, dan kadang aku ke kampusnya, dan kadang Jilly menjemput di kampusku. Jilly agak bebas anaknya, dan karena penampilannya yang oke, banyak cowok yang mengejarnya. Kita berdua hampir sama tingginya, kurus dengan buah dada yang lumayan meski tidak terlalu besar, rambut sama-sama sepunggung, mata indah, hidung imut, dan bibir yang bisa dibilang seksi.

Oke.. saat itu Jilly diundang ke pesta ultah temannya. Karena Jilly adalah Jilly, pada malam yang sama dia punya janji dengan cowok yang lain, dan ia lupa sama sekali tentang pesta ini sampai detik terakhir. “Janet!! Oh Jan…. aku lupa sama sekali tentang pesta si Ria!!!,”katanya begitu kubuka pintu kamarku. “Terus?”kataku cuek. “Aduh, aku sudah janji sama Poppy bakal datang. Kan sekalian berkenalan lebih jauh, tahu kan si Ria itu anak baru di kampus. Nggak enak kalau nggak datang.” “Memang nggak bisa batalin janjimu sama si… siapa sih yang kamu janjiin malem ini?” “Malem ini aku janji mau nonton sama Martin,”tampang Jilly berkerut bingung. Aku diam saja. Memang malam ini aku nggak punya rencana. “Eh… kamu aja yang datang ke pesta si Ria!!”kata Jilly sambil cengar cengir. Dasar… pasti sudah dipikirkannya rencana ini. “Hah? Aku? Nggak ah…”kataku jual mahal. “Ayo dong… please…..,”kata Jilly lagi. “Toh kamu kenal temen2ku, si Poppy, si Ria, Ana, Fredrik, Dede. Nggak ada yang tau deh.” “Hmm…. Oke lah… aku bisa mampir di pesta itu, tapi nggak lama2 lho…..” “Yesssssssss…. Hehehe… makasih lho Jan,”katanya. Lalu,”Oiya, jangan lupa, Denny bakal jemput, jam tujuh!!” “Hei!!! Aku nggak tau bakal nggantiin kamu juga buat ngedate?!”Kataku setengah kesal, well… Denny itu cowok yang lumayan hot di kampus. Nggak ada salahnya aku kenalan lebih jauh, hehehe.. Jilly udah ngeloyor pergi.

Malam itu Denny datang menjemput. Uh keren oi…. Desisku dalam hati. Denny pakai kemeja biru muda, dan celana panjang hitam. Rambutnya yang lebat rapi dan agak berkilat pakai gel. Aku sendiri memakai salah satu sackdress abu2 muda punyaku sendiri. Karena aku tahu Denny belum lama betul kenal Jilly, aku tak ragu bakal ketahuan.

Di mobil kami hanya ngobrol-ngobrol ringan. Tak kusadari mobil melaju di jalan tol. “Aku lupa, rumah si Ria agak di pinggir kota ya?” kataku hati-hati. “Iya nih, dilihat dari alamatnya sih nggak ketahuan. Untung aku tanya Bobby dulu sebelum jemput kamu.” “Masih jauh?”tanyaku “Nggak juga, sekitar 15 menit lagi mungkin.”

Rumah Ria ternyata besar sekali. Letaknya di pinggir kota, baru sedikit rumah2 disitu, kebunnya luas. Mobil2 yang datang lumayan banyak. “Wah nggak ada kendaraan umum yang kesini,”kataku sebelum turun. “Lihat mobil2 ini, pasti pada jalan bareng2 semua.” “Kelihatannya begitu. Yuk, kita join di dalam.”

Suasana di pesta itu lumayan meriah. Poppy, Dede, Ari, dan teman2 Jilly yang lain sudah ada disana, dan seperti yang Jilly bilang, tak seorangpun mencurigaiku. Cuma sekali salah satu cewek menegurku dan aku sama sekali tak tahu siapa dia. “Eh Jilly, ketemu lagi disini. Datang sama siapa?” kata si cewek. “Sama Denny. Eh bajunya bagus sekali, pasti model baru di “Limited” ya?’ tanyaku basa basi. “Lho ini kan baju yang kita beli bareng pas shopping di mall itu,”katanya agak heran. Aku sempat panik. Tapi sambil tertawa aku bilang,”Lha… iya.. aduh bagus sekali jatuhnya, sampai aku nggak ingat.” Saat itu Poppy muncul. “Janet, Kristin, mau minum apa?” Oo jadi namanya Kristin, kataku dalam hati.

Singkat cerita, di akhir pesta itu aku dan Denny sudah semakin akrab dan semua kecanggungan musnah. Aku minum2 jus punch, yang terasa ada alkoholnya. Denny minum punch juga, tapi lebih banyak dari aku. Yang jelas kami tidak mabuk. Kuperhatikan Denny makin sering menatapku, dan aku pun merasa tertarik, karena secara fisik, Denny tidak mengecewakan. Aku tersenyum2 dan menatapnya balik, bahkan sempat memegang dan mengelus2 tangannya juga. Aku tetap waspada untuk tidak berbuat terlalu jauh, atau mengundang gossip, karena aku kan Jilly malam ini.

Di mobil dalam perjalanan pulang, Denny mengelus2 pahaku yang tertutup sackdress mini itu. Aku hanya bersandar sambil menikmati. Di tepi jalan yang lumayan sepi, Denny menghentikan mobilnya, lalu tiba2 mencium bibirku. Aku agak kaget, tapi karena sudah merasa ini akan terjadi, hanya membalas ciuman Denny dengan mesra. Aku sedang tidak punya pacar saat itu, dan seperti Jilly, aku agak bebas dalam hal ini. Ciuman2 Denny semakin panas, dan nafas kami memburu. Denny memegang pipiku, rambutku, lalu ciumannya turun ke leher, dan dengan agak ragu ia meraba2 payudaraku. Kubiarkan ia berbuat begitu, terus terang aku sudah terangsang juga.

Aku meraba-raba selangkangan Denny. Ia agak terkejut, tapi dengan senyum nakal aku mulai membuka ikat pinggang dan ritsletingnya. Tanganku segera mengelus ****** Denny yang mulai bangun. Kukocok pelan-pelan dan aku menunduk. Kurasakan Denny agak bergetar nikmat mendapat service tak terduga ini. Aku mulai mengisap-isap dan menyedot ****** Denny, kurasakan memekku mulai basah juga. Aku memang senang dan cepat terangsang kalau menghisap ****** laki2.

Denny mulai menyetir lagi sambil tanganya kadang mengelus kepalaku. Aku hanya menggumam tak jelas dengan mulut penuh kontolnya. Kurasakan kami ada di jalan tol sekarang karena mobil melaju tanpa halangan. Sesekali Denny mengerang dan menyetop kepalaku. “Aku nggak pengin keluar dimulutmu,”katanya sambil mengatur nafas. “Enak Den?”tanyaku sambil mengelus ****** perkasa yang sudah tegak itu. “Oh ya… Gila juga Jill, nggak nyangka lho…,”katanya Aku mulai mengisap lagi.

Tak lama mobil berhenti. Lampu merah. Setelah beberapa lampu merah, mobil berhenti total. Aku mendongak. Motel. Lampu motel yang berwarna putih dan biru itu dikelilingi lampu merah yang berkedip-kedip. Aku hanya tersenyum. Denny, melihat senyumku, cepat keluar dan membayar untuk kamar. Baru jam 11 malam, kupikir kita bisa bersenang-senang satu dua jam, dan aku akan pulang. Jilly mungkin belum pulang sebelum jam 2 pagi. Kami punya kunci sendiri2 hingga tak usah merepoti orang rumah.

Denny keluar dengan sebuah kunci. Kami pun memarkir mobil di depan kamar nomor
8. Sampai di kamar, Denny langsung membuka kemejanya, dan aku melucuti sackdressku. Aku langsung berbaring di ranjang, tapi Denny menarikku bangkit. “Sini,”katanya sambil berjalan ke sudut dimana meja kecil dan sebuah bangku tertata. “Angkat satu kakimu ke atas bangku.” Kuturuti dengan agak bingung. Denny lalu berjongkok tepat di depan memekku yang sekarang terbuka itu. “Oooohhhhhhhhhhhhh……”desahku saat lidahnya bermain di kemaluanku. “Giliranku memakanmu,”kata Denny sambil melirik kearahku. Aku hanya bisa terpejam nikmat. Kutekan kepalanya dan kusodorkan memekku agar ia lebih leluasa menjilat. Denny sungguh mahir, kedua tangannya memegangi pantatku hingga tak bergerak-gerak, lidahnya menyapu seluruh permukaan memekku. Lalu tangannya membuka memekku, hingga lidahnya kini bisa keluar masuk lubang memekku. Sesekali dihisapnya juga klitorisku. “Ohhhh… Dennn….. Dennny…….,”erangku nikmat. Cairan memekku mulai membanjir. Sulit sekali tinggal diam, karena rangsangannya begitu nikmat. Kumainkan kedua buah dadaku, kuremas-remas, dan putingnya kucubit-cubit. “Dennn…oh enaknya…. Habis ini toketku ya Den…ohhhhhh….aku mau kau kerjai juga toketku ini….. ohhhhhh jilat lagi Dennn…. Itu Den… klitnya juga….oh…….”

Setengah jam ada si Denny mengerjai memekku. Lalu dengan buas didorongnya aku ke ranjang, dan ditindihnya. Tangannya meraih kedua toketku, diperas-perasnya dengan buas, lalu disedotnya putting susuku keras-keras. Aku menggelinjang dan meronta. Nikmatnya nggak ketolongan. “Sekarang….entot gue sekarang Den…..,”kataku tak tahan lagi. Untungnya si Denny punya kondom. Cepat-cepat dipakainya kondom itu, lalu kurasakan kejantanannya mulai menancap di memekku. “Aaaahhhhh…. Rapat sekali Jill…….. ugh…….,”desahnya sambil mulai memompa. Tanganku melingkari lehernya, kedua kakiku melingkar di pinggangnya dan kubawa pinggulku naik turun sesuai irama entotan Denny.

Denny memegang pantatku dan menariknya saat ia menghujamkan kontolnya, hingga terasa dalam sekali. Tak lama kemudian aku orgasme. Denny tidak langsung orgasme juga, tapi ia memperlambat irama permainannya. Lalu ia mulai menyedot-nyedot putting susuku lagi. Dan kamipun berciuman lagi. Sesaat kemudian kontolnya yang masih keras itu mulai mengayuhku dalam ronde berikutnya.

Ia menyuruhku naik ke atas tubuhnya, lalu akupun mulai encot-encotan naik turun diatas kontolnya. Aku senang sekali karena ia membantuku, hingga tusukan-tusukan kontolnya makin terasa dalam memekku. Tangannya memainkan kedua toketku yang terayun-ayun. Ia mencubit putting susuku keras-keras hingga aku terpekik. Tiap kali tangannya memainkan putting susuku, kurasakan memekku menjepit erat kontolnya. “Ohhhhhhhhhhh Den….. ohhhhhhhhhhhhhh…..” teriakku sambil orgasme lagi. “Den…. Entot aku semaumu Den…. Aku nggak kuat lagi diatas….”kataku sambil terengah-engah. Denny mengambilkan aku air minum. Kagum sekali aku karena kontolnya itu masih keras saja.

Denny lalu mengganjal pinggulku dengan bantal, dan mulai mengentotku lagi. Kedua tanganku dipegangnya diatas kepalaku. Gerakannya tambah cepat. Rupanya si Denny sudah hampir tak tahan juga. Tapi tiba-tiba kurasakan salah satu tangannya menyelip diantara tubuh kami, dan akhirnya menemukan klitorisku. Sambil mengentotku dengan mantap, ia juga memijat-mijat klitorisku. Nafsuku dipaksa bangkit lagi. Aku terbeliak, dan hanya sanggup mengerang nikmat. “Ohhhh…..,”desahku. “Den… kamu benar-benar….ahhhhhhhhhhhhhh…..” Denny mengentotku makin cepat, lalu meraih kedua pinggulku dan menancapkan kontolnya dalam-dalam, akupun orgasme lagi. Suaraku serak merintih dan mengerang.

“Den… kamu benar-benar luar biasa,”bisikku padanya. “Ah Jill, kamu yang benar-benar seksi,”katanya sambil mencium bibirku. “Den aku punya permintaan,”kataku waktu kami berpelukan di ranjang. “Apa?” “Malam ini sungguh spesial. Tapi aku akan malu sekali kalau kamu mengungkit-ungkitnya besok, kesan romantisnya akan hilang.. Maka…. Aku ingin malam ini jadi rahasia kita yang paling manis.” “Tentu, Jill,”katanya sambil mengelus rambutku. “Aku tak akan lupa. Dan aku juga bukan orang yang senang membicarakan seks. Rasanya malu. Mungkin agak munafik, tapi… itulah aku.”

Dan Denny mengantarku pulang malam itu. Dua bulan kemudian Denny pindah ke kota lain, dan sampai saat ini Jilly saudara kembarku tak pernah tahu apa yang terjadi malam itu. Kami makin sibuk dan belum ada kesempatan untuk bertukar tempat lagi. Mungkin lebih baik begitu, meskipun Denny benar-benar mempunyai tempat khusus di dalam pikiranku.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar