Kamis, 23 Mei 2013

Cerita Sex Gadis Bernama Dini yang Cantik

Cerita Sex Gadis Bernama Dini yang Cantik - Selamat datang pengunjung Bandar-cerita, kali ini akan memberikan cerita yang paling hot dari seorang anak SMA yang bernama Dini. Cerita Sex Terbaru, Cerita SeX Paling Hot, Cerita SeX 2013, untuk sobat yang sedang mencari informasi mengenai Kumpulan Cerita Sex saya akan memberikan dengan judul Cerita Sex Gadis bernama Dini yang Cantik

Cerita Sex 2013 - Aku baru saja tidur di ranjangku ketika tiba-tiba pintu kamarku digedor dengan keras dan suara teriakan adikku menyeretku kembali ke alam sadar. Aku mengumpat dalam hati karena jadi tak bisa istirahat setelah kuliah dari pagi sampai sore, tapi akhirnya aku pun berjalan ke pintu dan membukanya.

Ketukan di pintu dan suara teriakan adikku pun terhenti ketika pintu kamarku kubuka.

Sesosok wajah manis tersenyum nakal menatapku. Pemilik wajah manis itu adalah adik perempuanku, Dini. Dia baru berusia 16 tahun, baru duduk di kelas 1 SMU. Amarahku pun pudar saat melihat Dini tersenyum. Gimana seseorang bisa marah bila menghadapi wajah Dini yang cantik manis dengan senyum polos dan sweet?
Aku jadi teringat komentar temen-temenku yang sering bilang kalo aku ini beruntung banget bisa tinggal di sarang bidadari. Bidadari yang mereka maksud adalah Dini adikku, mamaku, serta kakak perempuanku yang dua tahun lebih tua dari aku, namanya Sarah. Dalam hati aku tak bisa menyalahkan komentar teman-temanku itu.

Kak Sarah memang cantik dengan tubuh tinggi semampai, rambut ikal kemerahan serta bibir sexy yang menjadi nilai plus kecantikannya. Kecantikan yang sangat mendukung karirnya sebagai model. Dan mamaku aahh�. Mamaku tak kalah cantik dari kedua putrinya. Walau sudah berusia hampir kepala empat tapi orang-orang banyak yang mengira mamaku berusia tak jauh dari kak Sarah yang berusia 22 tahun. Banyak yang menyangka mereka bukan mama dan anak tapi kakak adik. Badan mama masih sangat bagus karena dia termasuk maniak fitness. Payudaranya besar mengingatkan aku akan bintang porno yang sering kutonton di vcd BF koleksiku.

�Ehh kak Joe kok malah ngelamun sih? Belum sadar 100 persen ya hi.. hi� hi�.�
�Dasar anak bengal. Ngapain sih kamu gangguin kakak. Kakak cape banget nih.�
�Gak usah sewot gitu dong kak. Tadi ada telpon dari Oom Parman, katanya kakak disuruh cepet-cepet kerumahnya. PENTING.�
�Oom Parman siapa?�
�Itu si Prof yang rumahnya di ujung jalan. Masa gak inget sih? Dulu kan kakak doyan banget maen kerumahnya.�

�Profesor Suparman?? Dia udah balik?�
�Iya, Profesor Suparman yang itu. Eh, kak. Kenapa sih kakak kok bisa temenan sama orang aneh kayak gitu, usia kakak kan beda jauh sama dia? Lagian kata orang-orang si Profesor itu agak gini ni.�, kata Dini sambil menyilangkan telunjuknya di depan dahinya.
�Hush, jangan omong sembarangan. Prof itu sebenernya orang baik kok, cuma agak nyentrik. Ya udah deh, sekarang kakak mo mandi, trus ke rumah si Prof.�
�Oh ya kak. Dini kan udah capek-capek nyampein pesen buat kakak Trus sebagai ongkosnya, tadi coklat punya kakak yang ada di lemari es udah Dini makan he� he� he��, kata Dini sambil berlari meninggalkan aku.
�DDIIIIINNIIIIII��.., itu kan coklat mahal oleh-oleh temen kakak dari Amrik!!!!!!�

Dengan hati jengkel karena dikerjain si Dini, aku pun mandi. Selama mandi pikiranku melayang memikirkan Profesor. Kapan dia balik? Ada perlu apa dia? Memang nggak salah kalo banyak yang mengira dia orang yang aneh. Tiga tahun lalu tiba-tiba dia menghilang tanpa jejak, lalu sekarang tiba-tiba muncul. Profesor Suparman sebenarnya bukan orang gila seperti anggapan orang-orang. Malah dia adalah seorang yang sangat jenius. Mungkin karena kejeniusannya itulah maka dia menjadi kurang bisa bersosialisasi dengan orang lain. Satu-satunya temannya di komplek ini adalah aku. Aku pertama kali kenal dengan si Prof waktu berumur 15 tahun. Suatu hal yang sangat lucu, karena si Prof usianya sudah hampir kepala empat waktu itu. Tapi perbedaan usia tidak menghalangi persahabatan kami. Bagiku si Prof orang yang cukup asyik buat temenan asal kita sudah terbiasa dengan sifatnya yang aneh dan nyentrik.

Aku bisa bebas curhat sama dia dan si Prof mendengarkan segala macam curhatku tanpa men-judge perbuatanku seperti orang-orang tua lainnya. Dan satu hal yang paling aku sukai dari persahabatanku dengan Prof adalah aku bisa memanfaatkan rumahnya untuk menyetel kaset dan vcd porno yang aku pinjem dari temen-temenku he he he. Yaa� Blue Film merupakan satu hal yang membuat kita kompak. Si Prof ternyata getol banget nonton BF dan tentu saja dia tidak akan lapor ke orangtuaku bila aku nyetel BF di rumahnya. Malah jika dia punya film porno yang baru, dia juga menelpon aku dan mengajak aku nonton bareng di rumahnya. Dasar orang nyentrik. Pertemanan kami berjalan sampai dua tahun, dan ketika aku berumur 17 tahun, tiba-tiba Prof. Suparman menghilang tanpa kabar. Dia pun tak pernah menghubungi aku sampai saat ini. Aku pun segera menyelesaikan mandiku dan bersiap pergi ke rumah Profesor.

* * * * * * * * *
Aku memasuki pelataran rumah besar yang tampak tak terawat di ujung jalan komplek. Seorang wanita yang ada di rumah seberang tempat Profesor mengamatiku dengan pandangan aneh. Aku tersenyum sekedar basa-basi lalu segera menuju pintu depan rumah Profesor dan memencet bel pintu.
Ding Dong� Ding Dong�.

Tak lama pintu itu pun terbuka. Wajah bulat culun dengan rambut yang mulai memutih tersenyum lebar melihatku. Pemilik wajah itu bertubuh gemuk pendek, terlihat lucu dengan pakaiannya yang sama sekali nggak matching, baju model hawai warna hijau dengan kembangan kuning, serta celana gombrong warna merah terang (kaya lampu lalu linta merah, kuning , ijo he.. he.. he.. ). Orang nyentrik ini adalah Profesor Sudarman.
�Ha..ha..ha� selamat datang sobat lama. Masuk�. masuk�.. aku punya kejutan buat kamu ha.. ha.. ha..�, suara berat sang Profesor yang dulu akrab di telingaku membuatku nyaman.

Aku teringat masa kami dulu sering bersama. Tak kusangka orang seaneh si Prof, ternyata bisa membuatku kangen. Aku mengikuti Profesor masuk ke dalam rumahnya. Ruang tamu yang berantakan menjadi pemandangan yang kulihat saat memasuki rumah Profesor. Kertas dan tumpukan dokumen berserakan di atas meja dan sofa. Aku tersenyum melihat semua itu. Memang si Prof suka sembarangan kalo mengerjakan experimennya.

�He, Joe. Kamu udah pernah ML nggak?�, tanya Profesor tiba-tiba.
�Ha??! A..apa Prof?�, jawabku gelagapan.
�ML�. Making Love. Seks. Udah pernah belom?�, tanya Profesor lagi.
�Apaan sih, Prof?!! Lama nggak ketemu, tau-tau nanya kayak gitu.�

Aku teringat kalo si Prof memang kadang-kadang suka ngomong yang sama sekali nggak nyambung. Tapi kali ini aku bener-bener kaget dia nanya kayak gitu.
�Sudah. Kamu jawab saja pertanyaanku. Kamu sudah pernah ML atau belum?�, tanya Profesor lagi, cuek dengan kebingunganku.
�Nng� pernah sih. Sekali, sama bekas pacar gue dulu. Udah ah, jangan nanya yang aneh-aneh. Sekarang mending Prof jelasin kemana aja selama ini? Tiba-tiba ngilang nggak ada kabarnya.�
�Tiga tahun ini aku mengerjakan experimenku yang paling baru dan paling spektakuler. Dan akhirnya aku berhasil. Aku memang jenius ha.. ha.. ha� Dan untuk semua itu, aku berterima kasih sama kamu Sobat muda ku. Kamu yang sudah memberiku ide untuk penemuanku ini.�

�Aku???? Memangnya aku pernah ngasih ide apa? Apa sih yang sudah Prof ciptain?�, tanyaku bingung.
�Kamu inget film yang terakhir kali kita tonton bareng disini sebelum aku pergi?�
�Film?? Yang mana Prof?�, tanyaku masih bingung.
�Itu film BF semi yang judulnya The Click yang kamu pinjem dari temen SMA mu dulu.�

Pikiranku melayang ke masa lalu. Aku mencoba mengingat tentang film yang dimaksud Profesor Suparman. Sejenak kemudian aku pun teringat. Tiga tahun yang lalu, aku pernah mengajak Prof nonton BF yang kupinjem dari temenku. Judulnya The Click. Kisahnya tentang sebuah alat milik makhluk luar angkasa yang disimpan dalam sebuah piramid kuno.

Alat itu disebut The Click, sebuah alat yang bisa membangkitkan gairah seksual manusia. Jika dinyalakan maka orang-orang disekitarnya akan menjadi horny lalu ML sama siapa saja disitu. Filmnya lumayan bagus. Seks dan komedi bergantian mengisi alur ceritanya. Aku ingat saat aku dan Profesor selesai menonton film, tiba-tiba si Prof berteriak, �Brillian, benar-benar brilian�. Setelah itu Prof menyuruhku pulang. Lalu keesokan harinya tiba-tiba dia menghilang tanpa kabar. Sebersit pikiran melintas di kepalaku. Pikiran yang membuatku hampir tak percaya.

�Tunggu, tunggu. Ja.. jadi maksud Prof, Profesor nyiptaiin alat itu? The Click?�, tanyaku memastikan pertanyaan yang tadi melintas dikepalaku.
�Ha� ha� ha�. kamu benar. Aku sudah berhasil menciptakan The Click. Aku memang jenius ha.. ha..�

Aku bengong menatap pria setengah baya itu. Aku tak percaya mendengar pengakuan Profesor. Bisa-bisanya dia menganggap serius hal konyol seperti The Click. Dan yang lebih mencengangkan aku adalah Profesor meng-klaim bahwa dia sudah berhasil menciptakan alat itu. Benar-benar orang yang aneh.
�Joe, kamu nggak percaya kalo aku bisa menciptakan The Click? Tunggu�. Nah, ini dia, The Click�, kata Profesor Suparman sambil menyerahkan benda kecil yang dia ambil dari sakunya. Aku menerima benda itu dari profesor.
Aku mengamati benda itu dengan rasa tak percaya. Benda itu adalah sebuah kotak hitam kecil dengan tombol berbentuk hati berwarna merah muda. Benarkah benda aneh ciptaan Profesor ini adalah The Click?
�Kamu masih nggak percaya Joe? Bagaimana kalo kita buktikan sekarang?�, tantang si Prof.
�Gimana ngebuktiinnya Prof?�
�Tadi aku lihat rumah yang ada di depan itu kayaknya sekarang ditempati pasangan yang masih muda. Dan aku lihat yang perempuan cantik dan cukup sexy, ngingetin aku sama mama kamu. Siapa sih dia?�, tanya Profesor.
Aku teringat sosok cantik yang tadi melihatku saat aku memasuki rumah si Prof.

Wanita itu adalah bu Rita, isteri dari pak Dimas. Pasangan muda itu memang termasuk pendatang baru di komplek ini. Mereka baru pindah kesini setahun yang lalu, jadi pantas saja kalo si Prof nggak kenal sama mereka. Mbak Rita (aku biasa memanggilnya mbak, karena dia masih berumur 28 tahun) memang cantik. Dia dan ibuku adalah istri idaman semua suami yang ada di komplek ini. Mbak Rita adalah seorang pengacara, sedangkan suaminya, mas Dimas, bekerja menjadi pilot. Aku menjelaskan semua ini kepada si Prof tanpa mengerti apa maksud Profesor sebenernya.

�Hhhmm� Rita Rita. Nama yang cantik, secantik orangnya. Jadi dia seorang pengacara yaa. Nngg.. kalo begitu bagaimana kalo kamu mengundang dia kesini. Bilang aja kalo aku akan sewa dia sebagai konsultan hukum. Kamu bilang ke Rita, kalo aku mau konsultasi tentang segala masalah hukum mengenai hak paten penemuanku yang paling baru.�, kata Profesor.
�Trus??�, tanyaku masih bingung dengan jalan pikiran si Prof.
�Ya, udah. Kamu sekarang kesana, lalu ngomong seperti yang aku suruh tadi. Pokoknya kamu harus bujuk dia supaya mau kesini.
�Nngg� tapi Prof..�
�Sudah, kamu jangan banyak omong. Cepat ajak dia kesini, ntar kamu pasti nggak akan menyesal deh. Aku jamin.�
Aku pun akhirnya meninggalkan rumah Profesor Suparman masih dalam keadaan bingung.

�Selamat sore, mbak Rita.�, sapaku pada sosok cantik yang sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya.
�Sore. Oh, kamu Joe. Ada apa? Tumben maen kesini. Disuruh mama yaa?�, jawab mbak Rita dengan ramah.
Hari ini mbak Rita memakai daster terusan dengan kancing di bagian depan. Pakaiannya yang sederhana itu tak bisa menutupi fakta kalo dia memiliki tubuh dengan lekak-lekuk yang menggairahkan.
�Oh, nggak kok mbak. Aku nggak disuruh mama. Aku dimintain tolong sama Profesor Suparman yang tinggal di depan situ.�

�Profesor Suparman?? Yang katanya agak nggak waras itu yaa. Apa benar kalo dia itu agak gila?�
�Itu sama sekali nggak bener mbak. Profesor orangnya 100% waras dan sebenernya dia baik kok. Cuma dia memang orang yang jenius. Mbak tahu kan, orang jenius kan suka nyentrik dan aneh kelakuannya. Dia juga kurang bisa bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang. Makanya deh banyak gosip yang mengatakan si Prof agak gila. Tapi itu semua nggak bener kok. Masa aku mau bertemen sama orang gila?�, jelasku pada mbak Rita.
�Ooh, begitu toh. Trus dia minta tolong apa sampe kamu kesini?�, tanya ibu muda yang cantik itu.

�Begini, mbak. Profesor Suparman menemukan beberapa alat baru tapi dia bingung tentang persoalan mengenai hak paten jika dia mau mematenkan penemuannya itu. Nah, waktu saya cerita kalo mbak Rita seorang pengacara, Profesor Suparman minta aku untuk mengundang mbak Rita kerumahnya agar dia bisa konsultasi masalah paten sama mbak Rita. Profesor nggak keberatan kalo mbak Rita mau mengenakan tarif konsultasi untuk pertolongan mbak. Gimana mbak?�

�Nngg� bagaimana yaa? Kenapa nggak ke pengacara yang lain saja.�, tanya wanita itu terlihat ragu.
�Kan tadi saya sudah cerita kalau si Prof agak kurang bisa bergaul sama orang lain. Makanya dia sering minder kalo harus bicara ke orang yang sama sekali asing. Walaupun Profesor Suparman belum kenal dengan mbak Rita, tapi karena mbak Rita adalah tetangga, dan juga aku cerita kalo mbak Rita itu selain cantik juga baik sekali, si Prof akhirnya minta tolong ke aku untuk mengundang mbak Rita kerumahnya.�, rayuku pada ibu muda itu.

�Kamu memang bisa aja Joe. Masak orang kayak aku dibilang cantik, baik. Gombal.�, jawab mbak Rita sambil tersenyum malu. Memang wanita itu paling seneng kalau dipuji.
�Kalo aku bilang mbak Rita nggak cantik, aku bener-bener orang yang berdosa dan tukang bohong.�, jawabku yang membuat wanita cantik makin tersipu malu.

�Sudah, joe. Jangan nge-gombal terus. Mmm.. kenapa nggak kamu ajak Profesor Suparman kesini saja.�
�Penemuan si Prof serta dokumen-dokumennya kan ada di rumah dia. Jadi mendingan mbak saja yang kesana. Biar si Prof bisa menjelaskan penelitiannya dengan lebih detail.�

�Wah� bagaimana ya? Mas Dimas lagi terbang keluar kota. Si kecil Andi lagi bobok, kalo nanti dia terbangun gimana?�
Andi adalah anak dari pasangan muda itu. Umurnya baru satu tahun.
�Khan ada mbok Darmi. Mbok Darmi kan bisa ngejagain Andi selama mbak nggak ada. Lagian mbak kan cuma pergi kedepan rumah doang. Kalo ada apa-apa mbok Darmi bisa manggil mbak Rita.�, rayuku pada mbak Rita yang masih terlihat ragu.

�Nngg� baik deh. Tapi kamu harus temenin mbak kesana. Mbak kan belum kenal dekat sama pak Parman.�, jawab mbak Rita setelah berpikir sejenak.
Aku dan mbak Rita segera menuju ke rumah Profesor setelah dia menyuruh mbok Darmi untuk menjaga Andi.

�Suparman. Profesor Suparman.�
�Rita�
Profesor Suparman dan mbak Rita berkenalan setelah kami semua masuk ke ruang tamu rumah Profesor. Profesor terlihat sangat kagum dengan kecantikan ibu muda itu. Sedangkan mbak Rita terlihat sedikit canggung. Mungkin masih kepikiran tenteng gosip kalo Prof itu orangnya agak gila.
�Hoi, Prof. Tamunya disuruh duduk dulu dong. Masak wanita secantik mbak Rita disuruh berdiri terus.�, kataku mencoba mencairkan suasana.

�Wah, saya benar-benar nggak sopan. Maaf ya bu. Silahkan duduk. Maaf kalau ruangannya agak berantakan. Maklum rumah ini nggak pernah mendapat sentuhan seorang wanita.�, kata Profesor.
�Nggak apa-apa kok pak.�, jawab mbak Rita.
Profesor Suparman duduk di sofa yang kecil dekat pintu masuk. Aku duduk di sofa kecil di seberang profesor. Di tengah kami ada meja panjang. Lalu mbak Rita duduk di sofa besar di samping meja panjang itu.
�Apa yang bisa saya bantu, pak?�, tanya mbak Rita.

�Mmm.. begini Bu. Saya baru menciptakan beberapa penemuan yang rencananya mau saya patenkan. Tapi saya kurang tahu mengenai masalah-masalah hukum yang harus dilakukan dalam proses perolehan hak paten. Makanya saya mau konsultasi dengan ibu Rita mengenai masalah itu.�, kata Profesor.
Aku melihat diam-diam si Prof menekan tombol berbentuk hati pada The Click yang ada di genggamannya. Mbak Rita kelihatannya tak memperhatikan perbuatan Profesor itu.

�Memangnya apa alat yang akan bapak patenkan itu apa?� tanya mbak Rita.
Aku merasa ada yang aneh. Tanpa sebab, tiba-tiba aku merasa gairah birahi melandaku. Celanaku mulai terasa tak nyaman, karena joe jr yang ada didalamnya mulai memberontak. Pandanganku seakan tertarik ke arah mbak Rita. Wajah mbak Rita yang cantik terlihat semakin cantik dalam pandanganku. Hidungnya yang mancung. Bibirnya yang ranum seakan membuatku ingin menciumnya. Dadanya hhmm� Ingin rasanya aku meremas dada yang montok itu. Aku ingin menggigitnya gemas, ingin menjilat dan menghisap putingnya. Aahh� pasti nikmat rasanya.

Aku menggoyang-goyangkan kepalaku, mencoba menghilangkan segala macam pikiran kotor yang tiba-tiba merasuki otakku. Tapi tak berhasil, gairah itu masih menghinggapiku. Bahkan bertambah lama, bertambah kuat. Percakapan Profesor dan mbak Rita tak lagi aku pedulikan. Mataku menatap lekat ke wajah mbak Rita. Pandanganku bergerak liar menelusuri tubuhnya yang sexy. Mbak Rita terlihat gelisah. Duduknya mulai tak tenang seakan dia menahan sesuatu. Ucapannya mulai terpotong-potong, nafasnya terlihat agak berat. Aku menoleh kearah Profesor. Dia tersenyum lebar memperhatikan kegelisahan mbak Rita. Lalu Profesor berdiri, dan menutup serta mengunci pintu depan.

�Nngg� kok pin..pintunya ditutup pak?�, tanya mbak Rita. Profesor tak memperdulikan pertanyaan mbak Rita. Dia berjalan mendekati kursi tempat mbak Rita duduk, lalu dia duduk di sebelah wanita cantik itu.
�Kamu cantik sekali Rit.�, kata Profesor Suparman sambil tangannya dengan berani mengelus paha mbak Rita.
�Pak Parman. Jangan kurang ajar pak.�, kata mbak Rita marah. Tapi anehnya dia membiarkan tangan si Prof tetap mengelus-elus pahanya. Nafas mbak Rita terlihat makin berat. Matanya menatap sayu.
�Gila!�, pikirku dalam hati. Aku mengucek mataku seakan tak percaya. Aku seperti melihat bahwa mbak Rita malah menikmati permainan nakal tangan Profesor di pahanya. Mulut mbak Rita terus berkata memperingatkan agar si Prof menghentikan tingkah kurang ajarnya, tapi di sisi lain dia membiarkan tangan si Prof bergerak bebas dengan liar.

�Ah.. to..tolong hentikan semua ini pak. Saya aah.. saya sudah bersua hhmm.. hhmmm..�, kata mbak Rita sambil diiringi desahan lirih. Sebelum kata-kata itu selesai, bibir profesor segera menghentikannya dengan ciuman. Yang lebih aneh lagi, mbak Rita ternyata membalas ciuman Profesor Suparman dengan tak kalah panasnya.
�Hhmmmpp�.ah�hhmmp��

Desahan kedua orang yang berciuman itu membuatku tak lagi bisa tinggal diam. Aku segera duduk di sebelah mbak Rita sehingga wanita cantik itu kini duduk diapit aku dan Profesor. Leher jenjang mbak Rita menjadi sasaran mulutku. Tanganku pun seakan tak mau ketinggalan segera beraksi meraba dan meremas lembut payudara montoknya dari balik daster yang dipakainya. Bagian bawah daster mbak Rita tersingkap ke atas karena tangan nakal si Prof yang bergerilya di dalamnya sudah merayap sampai ke pangkal pahanya.

Kami bertiga larut dalam gejolak birahi yang seakan tak bisa kami tolak. Bahkan mbak Rita seakan sudah tak ingat lagi kalau dia sudah bersuami dan sekarang dia bercumbu dengan dua orang laki-laki yang bukan suaminya.

Aku menarik wajah mbak Rita agar menoleh kearahku. Bibirku ingin mencicipi bibir sexy wanita cantik itu. Mbak Rita menyambutnya dengan penuh nafsu. Lidahnya dan lidahku saling bermain di dalam bibir lami yang bertautan erat. Ciuman ibu muda ini sangat luar biasa. Bekas-bekas pacarku tak ada yang bisa berciuman se-�panas� ini. Saat kami berhenti saling melumat karena hampir kehabisan nafas, baru kusadari kalau Profesor Suparman sudah melepas kancing depan daster mbak Rita lalu menarik daster itu ke bawah. Tali BH mbak Rita pun sudah dia tarik kesamping dan diturunkan kebawah juga. Sekarang tubuh atas wanita cantik itu sudah telanjang. Payudaranya yang montok karena baru melahirkan terlihat menantang dengan putingnya yang berwarna coklat muda mengacung kencang karena gairah. Memang benar kata orang kalo payudara wanita yang mempunyai anak balita akan terlihat lebih montok. Cairan ASI yang ada didalamnya membuat payudara ibu muda ini terlihat lebih menonjol.

�Aaah�sstt�aahhh��, desahan mbak Rita makin kencang ketika si Prof mulai beraksi di dadanya. Lidah Profesor menjilat putingnya yang semakin mengeras. Sesekali putting itu dihisap gemas oleh si Prof yang membuah desah mbak Rita makin keras dan dia makin membusungkan dadanya. Aku pun segera mengikuti aksi Profesor. Payudara mbak Rita yang satunya segera menjadi sasaran mulut dan lidahku. Tanganku mengelus-elus vagina mbak Rita dari balik celana dalamnya yang mulai basah karena cairan kenikmatan mulai keluar dari lubang surgawi itu. Jariku mulai menyelusup lewat samping celana dalam itu. Kurasakan vagina yang penuh bulu, lalu jariku yang nakal meneruskan aksi gerilyanya. Dengan dua jari aku mengocok vaginanya. Denyutan liang vagina yang hangat dapat kurasakan lewat dua jariku yang keluar masuk di liang mbak Rita.

�Uugh�Joe�. terus. Lebih cepet aahh�..�, desah mbak Rita tanpa malu lagi.
�Kamu memang cantik Rita mmpphh�..�, suara Prof ikut nimbrung dan desahan mereka berdua mulai berpadu dalam symphoni birahi yang panas.
Aku mempercepat kocokan jariku di liang vagina mbak Rita, sedangkan bibirku masih asyik menghisap payudaranya.
�Ookhh�. cepet Joe. Lebih cepet. A..aku mau AAGGHH��..�

Mbak Rita berteriak kencang saat orgasme pertamanya menerpa. Badannya menggeliat tegang. Otot-otot vaginanya menjepit kedua jariku dengan kencang. Aku bisa merasakan **an cairan kenikmatan yang dikeluarkan mbak Rita. Tapi yang membuat aku makin horny adalah cairan susu yang keluar lewat putingnya yang kuhisap kuat saat ibu muda itu orgasme. Aku memperlambat tempo kocokan jariku agar mbak Rita bisa menikmati sisa-sisa orgasmenya.

Aku menatap wajah mbak Rita yang tampak sayu tersenyum memancarkan kepuasan. Tapi aku tak membiarkannya beristirahat, bibir sexynya segera kulumat kembali. Dan walaupun ibu muda itu sudah memperoleh orgasmenya, dia masih dengan panas menyambut seranganku. Seakan-akan birahinya bukannya padam, malah menyala makin hebat.

Tiba-tiba tubuh mbak Rita tertarik dari dekapanku. Kulihat Profesor Suparman sudah telanjang bulat. Walapun tubuhnya tampak lucu dengan perut buncit dan kulit yang mulai mengeriput, tapi kemaluannya tampak garang mengacung tegak. Ternyata si Prof yang menarik tubuh mbak Rita dari pelukanku. Rambut mbak Rita dia jambak, lalu dia membawa wajah mbak Rita kearah selangkangannya. Kontolnya dia posisikan ke mulut wanita cantik itu. Dan seakan sudah tahu maksud laki-laki setengah baya itu, mbak Rita mulai menjilat dan menghisap kontolnya dengan mulutnya penuh nafsu.

�Aaahh� seponganmu bener-bener top, Rit. Aaahhhh�.�, desis profesor keenakan.
�Slrrupp�..mmhh�.sssluurpp�.mm hh��, desah mbak Rita dari sela-sela bibirnya yang tersumbat kontol Profesor.
Gairahku makin meledak. Aku segera melucuti semua pakaianku. Kontolku sudah mengeras dengan panjang dan ketegan maksimal, membuatnya tampak garang.

Baru sebentar mbak Rita mengoral penis Profesor Suparman, tiba-tiba si Prof menghentikannya. Dia lalu menarik mbak Rita ke pangkuannya. Seakan sudah paham maksud Profesor, mbak Rita lalu duduk diatas tubuh Profesor. Memeknya dia posisikan agar pas dan sejajar dengan kontol Profesor yang mengacung tegak. Setelah pas, mbak Rita menurunkan tubuhnya pelan-pelan sehingga kontol itu memasuki liang senggamanya.

�Aaakkhh�.. memek kamu enak Rit. Sempit. Aaahhh�. Nggak akan ada orang yang akan percaya kalau kamu bilang habis melahirkan aahhh�.�
�Mmmm�. kontol kamu juga enak kok mas. Aaahhh..�
Tanpa malu mbak Rita segera bergoyang liar di pangkuan profesor Suparman. Pinggulnya bergerak naik turun, berputar ke kiri, kadang kekanan, yang membuat Profesor merem melek keenakan. Aku mengocok kontolku melihat semua adegan itu.

�AAKKH�. aku mau keluar Rit. Cepet turun aku pengen keluar di mulut kamu aahhh�.�, kata Profesor ketika dia merasa mau orgasme. Mbak Rita turun dari atas tubuh Profesor. Lalu dia segera merangkak di depan selangkangan si Prof. Bibirnya dengan liar mulai melumat kontol Profesor dengan liar.
Sslluurpp� slluurrp�.

�AAAAGHHH�.. Aku nyampe Rit. Telen semua maniku sstt�.Aaaahh�.�, desis Profesor saat dia menyemprotkan maninya ke dalam mulut mbak Rita. Seperti vacum cleaner, mulut mbak Rita menghisap dan menelan semua mani di mulutnya. Bahkan setelah Prof selesai orgasme, wanita cantik yang dilanda nafsu itu masih menjilati sisa-sisa sperma yang masih ada di kemaluan Profesor Suparman yang sudah lemas setelah berjuang keras.
Aku tak tahan lagi. Kutarik tubuh mbak Rita yang sintal itu. Kurebahkan di atas sofa dengan posisi pantatnya ada di tepian sofa. Aku angkat kaki ibu muda itu sampai lututnya menempel di payudaranya. Dengan posisi ini memek mbak Rita jadi kelihatan semakin menantang untuk di-entot, jadi aku langsung arahkan kontolku yang sudah dalam ketegangan maksimal untuk melakukan penetrasi ke liang kenikmatan mbak Rita.
�Auuggh�. pe..pelan-pelan Joe. Kontol kamu gemuk banget sih.�

�Maaf mbak. Aakh�. memek mbak enak buanget.�, kataku sambil menusukkan penisku makin dalam ke memek mbak Rita. Memek mbak Rita masih terasa rapat dan enak, tak kalah sama memek perawan. Kalau aku tidak mengenalnya, mungkin aku tidak akan percaya bahwa dia baru melahirkan.

Desah kenikmatan dari mulut mbak Rita membuatku makin bersemangat. Aku mulai menggenjot pantatku, kontolku pun jadi keluar masuk ke memek hangat mbak Rita. Dapat kurasakan kalau mbak Rita bisa membuat otot dinding vaginanya berkedut seakan memompa dam meremas lembut batang kontolku. Aku pun jadi keenakan dan mendesah nikmat. Kulihat mbak Rita tersenyum manis melihat usahanya membuat aku keenakan dengan kedutan vaginanya berhasil. Seakan tak mau kalah, aku lalu membuat variasi pada tempo permainanku.

Kadang kupercepat dengan penetrasi pendek, kadang lambat tapi kumasukkan sampai mentok. Kadang kuvariasikan antara beberapa kocokan dengan penetrasi ringan dan pendek, yang kuselingi dengan tekanan kuat dengan seluruh tenaga sampai kurasakan ujung kontolku menyentuh mulut rahimnya. Usahaku berhasil, desahan mbak Rita sudah menjadi jerit kenikmatan. Pantatnya makin liar bergoyang menyambut tiap tusukan kontolku ke memeknya.

�Ah..Aakkh.. Joe� Kamu pintar Joe�.�
�Mmmh� goyangan mbak Rita juga enak�
Hampir lima belas menitan kami berpacu dalam birahi, saat kurasakan tubuh mbak Rita menggeliat liar. Punggungku terasa sakit ketika kuku mbak Rita menancap di punggungku tanpa dia sadari saat dia orgasme.
�Ooohh�. Joe. Aku nyampe�..AAAGGGHH���

Aku masih mengocok kontolku dengan cepat agar mbak Rita lebih nikmat dalam orgasmenya. Tapi hal itu menuntutku agar lebih kosentrasi untuk menahan agar aku tidak mengeluarkan maniku, karena saat mbak Rita orgasme dapat kurasakan vaginanya menyedot dan meremas penisku dengan kuat. Setelah orgasmenya lewat barulah aku menghentikan kocokanku. Kucium bibir wanita cantik yang sedang menikmati sisa orgasmenya itu. Ciuman kali ini terasa lebih lembut dan mesra. Tapi karena aku belum mencapai puncakku, aku segera berganti posisi. Kali ini aku yang duduk diatas sofa, kutarik mbak Rita agar menunggangiku. Ibu muda itu menurut saja, dia juga mengambil inisiatif memegang kontolku dan mengarahkannya ke memeknya yang sudah basah oleh cairan kenikmatan. Penetrasi kali ini tidak seseulit seperti pertama kali. Mungkin memeknya yang rapet ini sudah mampu beradaptasi dengan diameter penisku yang cukup besar walaupun hanya dengan panjang rata-rata.

�Mmmm�aaaahh�.�, desah mbak Rita menikmati penetrasi Joe Jr. ke dalam liang senggamanya.
Sekarang mbak Rita yang mengontrol permainan. Tubuhnya dengan liar bergoyang menunggangi diriku seperti joki kuda pacuan. Bibir ibu muda yang cantik itu tak kalah liar dalam memberiku kenikmatan, kadang menciumku dengan ganas, kadang menyapu leherku, bahkan sampai ke putting payudaraku. Aku baru tahu kalau lelaki juga merasa nikmat kalau putingnya dijilati. Aku merasa tak akan bisa bertahan lebih lama lagi dengan servis panas mbak Rita.

�Mbak� Aaakhh..aaku aaakhh�.�, aku mendengus merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kontolku berkedut menyemprotkan banyak sekali sperma ke vagina mbak Rita sampai sebagian meluber keluar membasahi pelirku. Goyangan mbak Rita makin liar saat aku orgasme. **an kencang maniku yang hangat dalam vagina dan rahimnya membuat ibu muda itu orgasme kembali.
�Aaaakkhhh�.Joe�..aahhhmmpphh� �, jeritan mbak Rita segera kutahan dengan melumat bibirnya. Lidah kami bertaut menari dengan lincah. Tubuh wanita cantik itu kupeluk erat sehingga dadanya yang montok tergencet dadaku yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Walaupun sudah mencapai puncak kenikmatanku, tapi dapat kurasakan bahwa gairahku tak menjadi padam, bahkan aku merasa birahiku semakin naik. Segera aku merengkuh tubuh mbak Rita dan mengajaknya bertarung di ronde selanjutnya. Mbak Rita yang seakan sudah lupa akan suami dan anaknya, menyambutku tak kalah bergairah. Kami bercumbu lagi dengan panasnya. Berbagai macam posisi kupraktekan, doggy style, sambil berdiri, dan lainnya. Hampir dua jam kami bergelut dalam kenikmatan. Tubuh kami sudah dipenuhi dengan keringat oleh panasnya permainan ini. Aku dan mbak Rita mendapat orgasme beberapa kali dalam pertarungan panas kami. Tapi anehnya, gairah kami tak kunjung padam. Kontolku sampai sedikit terasa ngilu setelah diperas spermanya entah beberapa banyak oleh memek mbak Rita. Wajah mbak Rita terlihat capai, tapi semangat bertarungnya seakan tak pernah habis.

Aku hampir tak kuat lagi, tubuhku sudah terasa lelah, dan kontolku sudah hampir mati rasa saat kurasakan gairah yang berkobar dalam diriku mulai padam. Aku melihat sekeliling dan kulihat Profesor Suparman sudah memakai pakaiannya kembali. Dia mengacungkan The Click ciptaannya sambil tersenyum penuh kemenangan. Mbak Rita yang masih dalam pelukanku seakan baru tersadar kembali ke alam nyata. Ibu muda itu segera melepaskan diri dari pelukanku. Dengan tergesa-gesa dia mengenakan pakaiannya.

Aku melihat kebingungan dan malu tersirat di wajahnya yang terlihat begitu lelah setelah pertarungan panjang kami berdua. Tanpa berkata apa-apa, mbak Rita segera membuka pintu depan dan pergi meninggalkan rumah Profesor. Kulihat dia setengah berlari menuju rumahnya dalam naungan langit yang ternyata sudah menjadi gelap. Dalam kelelahanku, aku masih sedikit bingung dan seakan tak percaya atas semua yang baru saja kualami.

�He..he..he� bagaimana Joe? Kamu sudah percaya? Aku berhasil menciptakan The Click ha� ha�.ha� Aku memang Jenius.�, kata Profesor Suparman yang diringi tawa mengagetkan aku.
�Nnng.. ja..jadi i..ini semua karena The Click?? Aku� Mbak Rita�Kami�.aaahh��
�Tepat sekali Joe. Itu semua karena The Click. Dan aku yang menciptakannya ha..ha��

Suara tawa si Prof tak kuhiraukan dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku. Aku masih sangat shock dengan semua yang baru saja kualami. Berbagai macam perasaan bercampur aduk dalam diriku. Rasa bingung seakan tak percaya kalau si Prof berhasil menciptakan alat yang kukira hanya ada di film-film. Rasa bersalah pada mbak Rita karena aku telah membuatnya menjadi kelinci percobaan untuk membuktikan penemuan Profesor. Air shower kurasakan mendinginkan kepalaku yang penuh dengan berbagai pikiran. Kelelahan tubuhku berangsur-angsur pulih karena segarnya guyuran air di tubuhku. Ketika aku memejamkan mata menikmati rasa air di sekujur tubuhku, berbagai kenangan kan kejadian barusan kembali melintas di pikiranku. Tanpa sadar aku sedikit tersenyum puas mengingat betapa nikmatnya bercumbu dengan mbak Rita, ibu muda yang cantik dan sexy, idola para suami di komplek ini. Aku segera menyudahi mandiku dan berusaha mengusir ingatan-ingatan itu dari pikiranku.

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian, aku pun menemui Profesor Suparman. Aku melihat si Prof sudah menungguku di ruang tamu. Dua koper besar tergeletak di sebelahnya. Nampaknya Profesor Suparman akan bepergian lagi.

�Joe, tolong antarkan aku ke bandara sekarang. Aku harus mengejar pesawat ke Afrika malam ini.�, kata Profesor membuat aku bengong.
�Afrika??!! Ngapain Prof?�, tanyaku kebingungan.
�Tentu saja melanjutkan percobaanku.�, kata Prof dengan ringan.
�Percobaan apa lagi? The Click yang Profesor ciptakan sudah sangat spektakuler. Tapi jangan sampai jatuh ke tangan yang salah, bahaya.�, kataku.

�Aku tahu kalo The Click memang sangat fenomenal dan tentu saja aku tidak akan membiarkannya jatuh ke tangan yang salah. The Click hanya kubuat satu-satunya di dunia ini. Dan benda ini akan kuberikan buat kamu.�, kata Profesor yang lagi-lagi membuatku terkejut.
�A..aku Prof?! A..apa Prof yakin kalau The Click akan diserahkan ke aku, kenapa nggak Prof saja yang bawa?�, sahutku agak gelagapan.

�Bahaya sekali kalau The Click aku bawa selama aku melakukan eksperimenku. Orang-orang jahat akan berusaha merebutnya kalau mereka tahu akan alat ini. Tapi mereka sama sekali tidak akan menyangka kalau alat ini kutitipkan ke kamu, seorang pemuda biasa yang hidup di negara kecil seperti Indonesia ini.�, kata Profesor serius sambil menyerahkan The Click kepadaku. Aku menerima benda luar biasa dengan sedikit ragu.

�Nngg.. memangnya Prof mau eksperimen apa lagi sih? Kan lebih baik Profesor di rumah saja dan menyimpan The Click ini sendiri.�, kataku mencoba membujuk Profesor agar tidak menitipkan benda ini padaku.
�Eksperimenku ini sangat penting. Tanpa eksperimen ini tentu saja The Click akan sama sekali tak berguna buatku.�
�Ha..? Eksperimen apa Prof?�, tanyaku kembali bingung.
�Tentu saja eksperimen untuk menemukan obat yang mampu membuat orang bisa menjadi sangat kuat staminanya dalam berhubungan badan. Kamu inget kan, aku belum puas menikmati tubuh mbak Rita tapi tubuhku sudah tak mampu lagi bertarung.�, kata Profesor yang segera membuatku terbengong melihatnya. �Dasar Profesor gila�, pikirku dalam hati.
�Sudah. Ayo berangkat. Nanti aku ketinggalan pesawat.�, kata Profesor sambil menarikku yang masih terbengong-bengong memikirkan tingkah lakunya.



Keesokan harinya�..
�Uuugh� capek deh.�, keluhku. Sepagian ini aku sibuk membersihkan rumah Profesor karena selama Profesor bepergian, dia menitipkan rumahnya padaku. Aku memutuskan akan tinggal disini, bebas dan tenang. Aku tak perlu kuatir soal makan atau cuci pakaian, karena untuk itu aku tinggal pulang ke rumah saja he.. he.. he.. Saat aku duduk melepas lelah, aku meraba saku celanaku. Dapat kurasakan benda kecil disana. Itu adalah The Click yang dititipkan Profesor Suparman padaku. The Click. Benda yang luar biasa, tapi disamping itu juga berbahaya. Benarkah tindakan Profesor menitipkan benda ini padaku? Apa aku orang yang tepat? Mampukah aku menahan godaan untuk tidak menyalahgunakannya? Berbagai macam pikiran memenuhi kepalaku. Tiba-tiba aku merasakan perutku sangat lapar.

�Saatnya pulang kerumah. Waktunya makan siang.�, pikirku. Aku lalu beranjak pergi dari rumah Profesor Suparman. Pintu rumah baru saja selesai kukunci saat aku melihat mbak Rita berjalan menuju pagar rumahnya.
�Mbak Rita�. mbak� tunggu aku mau ngomong. Tunggu mbak Rita.�, teriakku sambil buru-buru berlari ke arah ibu muda itu sebelum dia memasuki rumahnya. Saat aku berlari, aku melihat wajah mbak Rita kaget melihat siapa yang memanggilnya. Wanita cantik itu menungguku di depan pintu pagar rumahnya. Wajahnya tertunduk saat aku sudah ada dihadapannya. Aku jadi tak bisa melihat ekspresi wajahnya.

�Nng�Mbak aku mau ngomong.�, kataku setelah sampai dihadapannya.
�Ngomong apa?�, kata mbak Rita agak judes. Pandangannya dia arahkan ke arah lain tak mau melihatku.
�Nngg� begini mbak. A�Aku cuma mau minta maaf a..atas kejadian kemarin. Aku bener-bener minta maaf mbak.�, kataku pelan.
�Jadi kamu menyesal sudah melakukan itu semua dengan mbak?�, tanya mbak Rita menatap tajam ke arahku. Aku tak mampu membalas pandangan matanya dan menunduk.

�I.iya mbak. Aku bener-bener menyesal. Aku berharap kejadian kemarin nggak pernah terjadi.�
�Jadi.. kamu.. menyesal sudah berhubungan badan dengan aku�. wanita yang sudah tua�jelek� sudah punya anak� dan� kamu berharap kalau kamu nggak akan pernah berhubungan dengan wanita yang tidak seperti pacar-pacar kamu yang masih muda.. cantik.. IYA?�, kata mbak Rita dengan marah.
�Bu.. bukan itu mbak. Mbak Rita itu can.. cantik banget, tubuh mbak Rita juga sexy, dan me..memek mbak Rita nggak kalah rapet sama gadis perawan. Aduhh� a.. aku kok jadi ngawur. Ma..maaf mbak. A..aku nggak bermaksud kurang ajar, hanya aahh���, kataku gelagapan.

Senyum mbak Rita merekah mendengarkanku yang gelagapan sampai bicara tak karuan. Aku jadi bingung sendiri, tak berani menatap wajah mbak Rita, takut dia marah atas perkataanku yang kurang ajar. Mbak Rita tetap diam, lalu dia membuka pintu pagar rumahnya dan melangkah masuk. Aku kecewa, mbak Rita ternyata tak mau memaafkan aku. Dengan tubuh lemas aku mulai melangkahkan kaki menuju rumahku sendiri, sampai..
�Joe� kesini sebentar.�, suara mbak Rita terdengar memanggilku. Dia masih berdiri di halaman rumahnya. Aku kembali mendengar panggilan mbak Rita. Aku berhenti di depan pintu pagarnya.
�Kamu mau kemana Joe?�, tanya mbak Rita.

�Mau pulang mbak. Ada apa mbak?�, jawabku masih tak berani memandang wajahnya.
�Mmm� nggak ada apa-apa. Mbak cuma mau ngasih tahu kalau mas Dimas terbang ke luar kota dan baru kembali dua hari lagi. Mbok Darmi juga lagi pulang kampung. Dan Andi di rumah neneknya.�, kata mbak Rita. Aku menjadi bingung dengan omongan mbak Rita. Aku menegakkan kepalaku menatap wajahnya dengan ekspresi bingung terpancar jelas di mukaku. Mbak Rita tersenyum manis menatapku yang tetap diam dan kebingungan.

�Jadi nanti malam mbak bakalan sendirian di rumah yang sepi ini. Mbak paling nggak bisa tidur kalau sendirian. Coba kalau ada yang mau menemani mbak.. mmm��, kata mbak Rita dengan santai. Senyum menggoda tersungging di bibirnya yang sexy itu. Mbak Rita mengedipkan sebelah matanya dengan nakal lalu masuk ke rumahnya. Aku masih bingung dengan semua ucapan mbak Rita. Dalam kebingungan itu aku pun mulai berjalan menuju rumahku. Beberapa kali aku menoleh ke arah rumah mbak Rita mencoba meraba apa maksud segala perkataannya. Sebersit pikiran, tiba-tiba menyelinap ke otakku dan membuatku tersadar.
�Ja..jadi mbak Rita mau�..�


Cerita Dewasa Terbaru The Click
Cerita Seks Terbaru The Click
Cerita Ngentot Terbaru The Click

Siang ini aku tidak punya kerjaan. Tugas kuliah sih ada, tapi gampang masih ada si Nina pikirku. Nina adalah teman kuliah sekelasku sejak dari semester awal bahkan ospek dulu. Entah kenapa sering kali kami mengambil mata kuliah yang sama dan mendapatkan kelas yang sama pula. Anaknya selain ramah juga berotak encer alias cerdas. IP-nya selalu diatas rata-rata. Minimal nilai tiap mata kuliah pasti B. Sayangnya pembawaannya agak kalem. Hanya punya beberapa teman dekat saja. Termasuk aku sendiri. Sahabatnya mungkin hanya aku yang cowok. Entah mengapa aku bisa dekat padahal teman-teman yang lain tidak. Mungkin salah satunya karena dia ternyata sebenarnya enak diajak diskusi mengenai banyak hal. Karena mungkin pula sering menempuh mata kuliah yang sama jadi sering ketemu? Ah entahlah, yang jelas dia banyak membantuku dalam urusan belajar. So, aku selalu bisa lulus ujian mata kuliah yang kutempuh.

Terbayang wajahnya yang halus tanpa jerawat, sedikit tirus berkaca mata minus, tapi sebenarnya cukup cantik membuatku senyum-senyum sendiri mengingat nampaknya dia ada hati padaku. Sering kali cara dia menatap dan berbicara seolah-olah kemalu-maluan, padahal diriku bersikap santai padanya.

�Apa perlu kupacari dia?� sering aku berpikir demikian. Tapi rasanya aneh saja. Terus terang aku lebih suka gadis yang lebih aktif dan menggoda ketimbang yang aleman. Rasanya membuatku lebih hidup dan bersemangat. Dan di kampusku sendiri banyak incaran yang perlu diperhatikan. Rata-rata cantik, tajir dan berani mengenakan pakaian yang terbuka nan seksi. Dijamin gak bakalan konsentrasi kuliah, pasti bawaannya ngaceng melulu.

Lho..lho..salah! Aku harusnya mikir rencana nanti malam. Bukan berkhayal yang tidak-tidak. Memikirkan mbak Rita dan pengalamanku kemarin, membuat badanku sedikit gerah membayangkan pengalaman bercinta kami yang teramat panas itu.

Gara-gara benda ini..kutimang-timang The Click ditanganku. Entah dimana Professor Suparman sekarang. Tak kuduga bisa mewarisi alat perangsang seksual ini. Tapi ternyata enak juga, gara-gara alat ini aku bisa bercinta dengan mbak Rita si Ibu muda nan menggairahkan itu. Dan nanti malam tampaknya akan terjadi pertempuran sengit lagi antara aku dan mbak Rita.

�Hmm aku harus minum penambah energi nih biar gak KO hehe..� pikirku ngeres. Aku segera bergegas membawa perbekalan beberapa pakaian ganti. Rencanaku aku mau pamitan menginap ke rumah Professor Suparman. Sehingga memudahkan menyelinap ke rumah mbak Rita untuk bercinta.
Aku kemudian ke ruangan makan tempat mama dan adikku si Dini sedang makan siang. Kakakku mbak Sarah sepertinya keluar bersama teman-temannya entah kemana.

Aku mengatakan pada mama kalo Profesor Suparman minta tolong padaku untuk menjaga rumahnya selama dia pergi. Dan aku juga mengatakan kalo aku ingin mandiri dan juga menjaga kepercayaan yang diberikan Profesor. Mama adalah orang tuaku tunggal sejak kecelakaan papa waktu aku masih SD dulu. Dia orang yang kuhormati karena mampu membesarkan ketiga anaknya dengan berkecukupan. Selain melanjutkan perusahaan pribadi milik papa, ia juga aktif menekuni usaha jual beli perhiasan sebagai sampingan. Karena itu dia senang akan niatku untuk mandiri dan bla..bla�bla� �Nice excuses Joe.�, pikirku dalam hati.

�Boleh aja, Joe. Niat kamu kan baik. Tapi kamu juga jangan tidur sana terus, mama bisa kangen sama anak mama. Dan kalo waktunya makan, kamu pulang aja. Mama tahu kamu nggak bisa masak, jadi kamu makan disini aja.�, kata mama memberikan persetujuannya. Aku bersorak dalam hati.
�Oke, ma.�, jawabku.

�Mandiri apan tuh? Perginya cuma ke ujung gang, trus makannya masih numpang disini.�, si Dini menyeletuk sambil menyedot jus apel kesukaannya.
�Hei brengsek, udah ngambil coklat kakak, pake nyela lagi ya?!�
�Idiiih gitu aja sewot! Iya deh, kakakku yang baek, nanti Dini ganti ama coklat laen napa sih?�
�Enak aja, itu coklat mahal dari Amrik tau! Amrik!! Mana bisa ada gantinya?�
�Udah..udah jangan ribut melulu kalian ini� sergah mamaku.
�Joe kamu boleh nginap tapi jangan macam-macam disana ya?!� kata mama kemudian.
�Beres Mam!�

Aku buru-buru pamitan dan tidak lupa menghadiahi adikku sebuah jitakan ringan di jidatnya
�Kak Joe jelekkk!!!!� serunya. Tapi aku sudah kabur duluan sebelum dibalas si bengal itu.
Tak terasa sore menjelang saat aku selesai bolak-balik dari rumahku ke rumah Professor Suparman, lalu membenahi semua barang bawaanku itu di kamar tidur milik Profesor. Lalu aku pun mandi. Usai mandi aku berdandan sebentar agak tampak lebih macho. Kukenakan baju kaos oblong dan jeans favoritku. Setelah itu sebotol minuman berenergi kuhabiskan buat cadangan stamina nanti.
Menunggu hari agak gelap, dan sepi aku segera masuk ke pekarangan rumah mbak Rita.
�Ting!! Tong!!�

Tak lama pintu terbuka. Aku terkesiap memandang mahluk dihadapanku.
Mbak Rita, ia nampak cantik sekali malam ini. Hanya mengenakan daster tipis berwarna gelap yang tampak kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Ia tersenyum melihatku.
�Akhirnya kamu datang juga ya jagoan� godanya padaku.

�Gimana enggak mbak, ada bidadari yang secantik mbak siapapun jadi gak tahan� balasku nakal.
�Iih sekarang kamu udah pintar ngerayu ya?� sahut mbak Rita sambil menarikku masuk ke dalam.
�Mau minum apa Joe?� tanyanya lembut.
�Apa aja deh mbak, maunya sih susunya mbak Rita..heheeh� ujarku menahan rasa malu juga.
�Iiih maunya� tersipu mbak Rita sambil menjewer telingaku.
�Aku ambilkan coke dingin aja yah, lainnya abis..� sambungnya lagi.
�Makasih mbak!�

Selanjutnya setelah ngobrol ngalur ngidul, perlahan mbak Rita mengeser duduknya hingga merapat denganku. Segera aku menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga membuat jantungku berdetak tidak seperti biasanya. Bahkan kemudian ia melanjutkan membuat detak jantungku semakin kencang dengan mendekatkan bibirnya ke bibirku. Sesaat kemudian kusadari bibirnya dengan lembut telah melumat bibirku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku dan semakin dalam pula aroma wangi tubuhnya terhirup napasku, yang bersama tindakannya melumat bibirku, kemudian mengalir dalam urat darahku sebagai sebuah sensasi yang indah.

Ia terus melumat bibirku. Lalu tangannya pelan-pelan membuka baju kaosku. Setelah lepas, ia menarik resleting jeansku. Begitu pula yang kulakukan dengannya, kutarik dan membuka dasternya. Kemudian ia melepaskan bibirnya dari bibirku dan membuka matanya.

Saat itu aku terbelalak melihat keindahan yang ada di depan mata. Payudaranya montok penuh, begitu indah dan terlihat kencang dibungkus bra hitam bepotongan pendek berenda yang membuat barang indah itu tampak semakin indah. Payudaranya seolah mengundangku untuk menaklukkannya dengan hasrat yang paling liar. Dan menengok ke bawah, aku semakin dibuat terkesan serta jantungku juga semakin berdetak kencang. Di balik celana dalam dengan potongan yang pendek yang juga berwarna hitam berenda yang indah, tersembul bukit venus yang menggairahkan. Di tepi renda celana itu, tampak rambut yang menyembul indah melengkapi keindahan yang sudah ada.

Kulihat mbak Rita juga tersenyum menatap lonjoran tegang di balik celana dalamku. Tangannya yang lembut mengelus pelan lonjoran itu. Sensasi yang menjelajahi aliran darahku kemudian menggerakkan tanganku mengelus bukit venusnya. Ia tampak memejam sesaat dengan erangan yang pelan ketika tanganku menyentuh daging kecil di tengah bukit venus itu. Ia kemudian melanjutkan tindakannya melumat bibirku dengan lembut. Bibirnya yang lembut serta napasnya yang wangi kembali membuatku dialiri sensasi yang memabukkan. Ia rupanya memang sabar dan tidak terburu-buru untuk segera menuju ke puncak kenikmatan. Berbeda sewaktu ia bercinta karena pengaruh The Click sewaktu di rumah Professor Suparman yang begitu buas.

Bibirnya kemudian ia lepaskan dari bibirku dan ia menyelusuri leherku dengan bibirnya. Napasnya membelai kulit leherku sehingga terasa geli namun nikmat. Kadang-kadang ia mengginggit leherku namun rupanya ia tidak ingin meninggalkan bekas. Benar-benar wanita yang berpengalaman dan hati-hati.

Ia kemudian turun ke dadaku dan mempermainkan puting susuku dengan mulutnya, yang membuat aliran darahku dialiri perasaan geli tapi nikmat. Semakin ke bawah ia diam sesaat menatap batang yang tersembunyi di balik celana dalamku, yang waktu itu juga berwarna hitam. Sesaat ia mempermainkannya dari luar. Ia kemudian dengan lembut menarik celana dalamku. Ia tersenyum ketika menyaksikan penisku yang tegak dan kencang, seperti mercu suar yang siap memandu pelayaran gairah libido kewanitaannya.

Dengan lembut ia kemudian mengulum penisku. Maka aliran hangat yang bermula dari permukaan syaraf penisku pelan-pelan menyusuri aliran darah menuju ke otakku. Aku serasa diterbangkan ke awan pada ketinggian tak terukur. Mbak Rita terus mempermainkan lonjoran daging kenyal penisku itu dengan kelembutan yang menerbangkanku ke awang-awang. Caranya mempermainkan barang kejantananku itu sangat lembut seolah tak ingin melewatkan seluruh bagian syaraf yang ada di situ.

Ketika perjalananku ke awang-awang kurasakan cukup, kutarik penisku dari dekapan mulut lembutnya. Giliran aku yang ingin membuat dia terbang ke awang awang. Maka kubuka bra yang menutupi payudara indahnya. Semakin terperangahlah aku dengan keindahan yang ada di depan mataku. Di depanku bediri dengan tegak bukit kembar putih besar yang indah sekaligus menggairahkan. Mungkin karena masih menyusui si Andi anaknya yang baru berusia setahun. Di sekitar puncak bukit itu, di sekitar putingnya yang merah kecoklatan, tumbuh bulu-bulu halus. Menambah keindahan buah dadanya. Tapi aku tidak memulainya dari situ. Aku hanya mengelus putingnya sebentar. Itupun aku sudah menangkap desah halus yang keluar dari bibir indahnya.

Kumulai dari lehernya. Kulit lehernya yang halus licin seperti porselen dan wangi kususuri dengan bibirku yang hangat. Ia mendesah terpatah-patah. Apalagi ketika tanganku tak kubiarkan menganggur. Jari-jariku memijit lembut bukit kenyal di dadanya dan kadang-kadang kupelintir pelan puting merah kecoklat-coklatan yang tumbuh matang di ujung buah dadanya itu. Kurasakan semakin lama puting itu pun semakin keras dan kencang. Setelah puas menyusuri lehernya, aku turun ke dadanya. Dan segera kulahap puting yang menonjol merah coklat itu. Ia menjerit pelan. Tapi tak kubiarkan jeritannya berhenti.

Kusedot puting itu dengan lembut. Ya, dengan lembut karena aku yakin gaya seperti itulah yang diinginkan orang seperti mbak Rita. Mulutku seperti lebah yang menghisap kemudian terbang berpindah ke buah dada satunya. Tapi tak kubiarkan buah dada yang tidak kunikmati dengan mulutku, tak tergarap. Maka tangankulah yang melakukannya. Kulakukan itu berganti-ganti dari buah dada satu ke buah dadanya yang lain.

Setelah puas aku turun bukit dan kususuri setiap jengkal kulit wanginya. Dan saat aku semakin turun kucium aroma yang khas dari barang pribadi seorang perempuan. Aroma dari vaginanya. Semakin besarlah gairah yang mengalir ke otakku. Tapi aku tidak ingin langsung menuju ke sasaran. Cara mbak Rita membuatku melayang rupanya mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan pelan-pelan juga membawanya naik ke awang-awang. Maka dari luar celana dalamnya, kunikmati lekuk bukit dan danau yang ada di situ dengan lidah, bibir dan kadang-kadang jari-jemariku. Kusedot dengan nikmat bau khas yang keluar dari sumur yang ada di situ.

Setelah cukup puas, baru kutarik celana dalamnya pelan-pelan. Aku tersentak menyaksikan apa yang kulihat. Bukit venus yang indah itu ditumbuhi rambut yang lebat. Tapi terkesan bahwa yang ada di situ terawat. Meski lebat, rambut yang tumbuh di situ tidak acak-acakan tapi merunduk indah mengikuti kontur bukit venus itu. Walaupun aku sudah pernah menikmati apa yang tumbuh di situ, tapi aku tidak mengira seindah itu karena sekarang aku bercinta dengan penuh kesadaran, tanpa pengaruh The Click.

Segera berkelebat pikiran dalam otakku, betapa menyenangkannya tersesat di hutan teduh dan indah itu. Maka aku segera menenggelamkan diri di tempat itu, di hutan itu. Lidahku segera menyusuri taman indah itu dan kemudian melanjutkannya pada sumur di bawahnya. Mbak Rita menjerit kecil ketika lidahku menancap di lubang sumur itu. Di lubang vaginanya. Bau khas vagina yang keluar dari lubang itu semakin melambungkan gairahku. Dan jeritan kecil itu kemudian di susul jeritan dan erangan patah-patah yang terus menerus serta gerakan-gerakan serupa cacing kepanasan. Dan kurasa ia memang kepanasan oleh gairah yang membakarnya.



Nah Mungkin Cukup sekian dulu untuk artikel atau informasi mengenai Cerita SeX Dini yang Cantik ini dan semoga saja artikel yang saya berikan mengenai Cerita SeX Terbaru, Cerita SeX Paling Hot, Cerita SeX 2013 ini bisa bermanfaat dan berguna bagi sobat sekalian, sekian dulu dan terima kasih sudah berkunjung

Cerita ABG SMA Ngentot Guru

Cerita ABG SMA Ngentot Guru - Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.

Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.

Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!
Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
“Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.
Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.

Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.
“Sorry, ya Pak”.

Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.

“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.
Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”

Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
Aku jawab, “Lumayan, Pak”.
Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.
Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.

Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.
Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.

Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.
Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.

Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.

Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.
Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.
Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.

Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.
Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”.

Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.
Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
“Enak, Et?”
“Lumayan, Pak”.

Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.

“Boleh saya seperti ini, Et?”.
Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.


Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.
Photobucket

Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.

Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku.

Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.
Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.

Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.
Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.

Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.

Selasa, 14 Mei 2013

Cerita Sex Anak SMA Ngentot Dengan OM

Cerita Sex Anak SMA Ngentot Dengan OM - Ketika aku masi di smk, kurikulum mengharuskan aku mangang selama 2 minggu hari kerja artinya selama 3 minggu kalender, daftar perusahaan yang mau menerima magang siswa smk dikasi, segera aku pilih yang relatif dekat dengan kos ku, kudu cepetan karna kalo dah keduluan temenku ya tertutuplah kesempatan magang di perusahaan yang dah aku pilih. Berbekal surat pengantar dari smk segera aku mengunjungi perusahaan tersebut. Kepada satpam yang bertugas di pintu masuk aku harus menerangkan panjang lebar maksud kedatanganku, resek banget deh tu satpam, kaya bos ja dia mengiterogasi aku, padahal aku kan gak da maksud mencuri atawa berbuat onar.


Aku sampe bilang, “Ni kan ada surat resmi dari smk pak, saya harus magang diperusahaan ini dan perusahaan dah bersedia menerima siswa magang, ni daftar resmi perusahaan yang dikeluarkan dari sekolah”. Baru tu satpam resek membolehkan aku masuk. Aku diantar ke resepsionis, yang satpam lagi. Kayanya kalo perusahaan manufaktur, semua garis depan dijaga satpam. Baiknya satpam yang resepsionis gak nanya macem2, cuma baca surat pengantar sekolah trus menghubungi pejabat terkait.

Aku disuru nunggu karena pejabat terkait masi miting. Selama nunggu aku dikasi aqua gelas, lumayan deh untuk mengobati hausku karena dah berpanas2 jalan kaki diterik matahari menunju ke perusahaan itu dari kos ku. Karena deket ya aku jalan aja, lumayan kan menghemat waktu dan ongkos angkot. Ampe ngantuk aku nunggunya, satpam resepsionis menghampiriku dan menyodorkan formulir untuk aku isi. Segera aku isi formulir itu, nanya tentang nama, tempat tanggal lahir, sekolah, ortu, banyak bener deh yang kudu diisi, karena prosedur ya terpaksa diikuti aja.

Selesai isi form, form kuserahkan lagi ke satpam dan aku disuru nunggu lagi, “Masi aus dek?” tanya satpam sambil nyodorin aqua gelas satu lagi. Sambil mengucap maacih, kutrima tu minuman dan segera kutenggak abis. Aku nunggu lagi, lama juga, eh karna dah minum 2 gelas jadi pengen buang aer imut. Nanyalah aku ke satpam dimana toiletnya, diunjukin ma satpam, buru2 aku ketempatnya untuk menunaikan tuntutan badan. Ketika aku kembali ke ruang tunggu tu satpam bilang, “Kamu dah ditunggu ma pak…” (dia menyebutkan nama, gak usah disebut dimari deh ya).

“Pak … jabatannya apa pak”, tanyaku.

“Dia kepala perso”.

“Perso tu paan pak”. “

Personalia”. “Ooh”, jawabku, ngomong singkat2 gitu apa maksudnya ya batinku.

Si bapak ternyata ramah banget, ganteng lagi orangnya, seneng aku ngeliatnya. Dia baca surat sekolah dan formulir yang dah aku isi, dan mulailah dia ngajak aku ngobrol, dia nanya macem2 berdasarkan yang dah aku isi di formulir itu, sampai akhirnya dia tanya,

“Kamu cuma 2 minggu ya magangnya”.

“iya pak, sekolah mengharuskannya 2 minggu aja”.

“Kurang tu kalo mo tau dikit tentang perso”.

“Bole nanya gak pak”.

“Ya bole lah, buat cewek semanis kamu apa si yang enggak”.

Eh demen gombal juga ni bapak, aku cuma senyum ja menanggapi penggombalannya.

“Kok bapak nyebut perso, tadi satpam juga bilang gitu”.

“Biar singkat aja ngomongnya, tu efisien namanya”.

Aku manggut2 aja, padahal gak ngarti efisien tu apa.

“2minggu kurang Nez, magang perso kudu 3minggu, seminggu tentang admin training, seminggu admin rekrutmen dan seminggu admin perso”. “Admin tu paan pak”. “

Wah aku seneng ni, kamu banyak tanya, artinya mo blajar banyak. Administrasi, biar efisien nyebutnya admin aja. Bisa gak 3minggu”.

“Wah kudu nanya ke sekolah pak, Inez gak bisa jawab pertanyaan bapak”.

“Ya udah aku call dulu deh kepsek kamu”.

Dia minta operator nyambung ke nomer telpon sekolah, setelah nyambung dia bicara dengan kepsek tentang waktu magang.

“O gitu ya pak, kalo gitu klop lah dengan rencana saya, makasi pak, jelas sekarang”,

katanya sambil menutup pembicaraan dengan kepsek. “2minggu disurat kepsek tu maksudnya 2minggu hari kerja”. “Maksudnya apa tu pak?”tanyaku lagi.

“iya, 2minggu kan 14 ari, jadi 14 hari kerja, itu artinya 3minggu kurang seari, dan kata kepsek bisa digenapkan 3 minggu penuh”.

“Gak ngerti pak”.

“Gini lo anak manis, hari kerja dimari kan 5 hari seminggu, jadi kalo 3 minggu magang butuh waktu 15 ari. makanya 2minggu magangnya kamu dimari menurut surat kepsek tu artinya 14 ari kerja, sabtu minggu gak diitung kerna libur, kan sama dengan 3 minggu kurang seari. Kep sek setuju kamu magangnya ditambah seari lagi biar lengkap 3 minggu. Mulai ni ari ya”. “Iya pak”.

Mulailah dia menerangkan semua seluk beluk mengenai departemen perso yang dipimpinnya, aku dikenalkan ma semua staf perso, Staf yang ada di kantor disuru masuk ke ruang miting semua, aku disuru mengenalkan diriku kepada semuanya, dan mreka mulai nanya2 tentang aku, pada nggangguin aku malu sehingga sering aku tersipu. Acara perkenalan selesai, “Bagus, gitu caranya kenalan ma orang, aku suka cara kamu ngejawab pertanyaan yang konyol sekalipun. supaya lebih baik lagi seharusnya begini ni”, dia ngajarin aku gimana komunikasi ma orang laen. Wah asik juga magang kaya gini, seblonnya aku kira kerjaan yang ngebosenin karena kaya disuru jadi ob aja, itu kata kakak kelas yang dah pernah magang. Ternyata aku gak salah mili perusahaan ini, karena bener2 aku dikasi pengalaman baru yang berguna.

Demikianlah aku mulai magangnya di departemen training dibawah supervisi si bapak dan supervisor training. Mbak supervisornya juga ramah dan helpful banget. Setiap sore aku kudu lapor ke bapak tentang apa aja yang aku pelajari hari itu, apa kendalanya dan mana2 yang blon ngerti, si bapak nerangin semua yang aku blon ngerti dan menjawab pertanyaanku. “Wah Nez kamu beda banget deh ma yang pernah magang dimari dari smk kamu, kamu banyak nanya, banyak nyatet, kalo yang dulu2 mah ngantukan semua”.

“Iyalah pak, Inez mo dapet sesuatu disini, masak mo buang waktu percuma”.

“Bagus, bole tu kalo kamu dah lulus kerja dimari”. “Bener pak”.

“Ya kalo da kebutuhan”.

“Kebutuhan apa pak”.

“Ya butuh nambah orang”. Aku manggut2 aja. Demikianlah waktu cepet berlalu karena aku seneng banget ngejalaninya.

Minggu kedua di rekrutmen, kerja rodi banget deh karena kerjaannya cuma nyortir surat lamaran yang masuk, karungan lagi, bosen banget deh, yang gak kepake langsung masuk mesin shreder kertas. aku cuma dipesenin paperclip ma stepleran kudu dilepas biar gigi mesin shredernya gak rusak, dapet sekantong tu paperclip, gak bole dibuang, bisa dipake lagi, jadi gak usah beli, biar efisien kata supervisor rekrutmen, cewek juga. O ini toh artinya efisien, gak tau hemat gak tau pelit ya. Karena gak banyak pertanyaan tentang bagian ini, maka si bapak bilang kalo gak da pertanyaan gak usah ketemu dia, aku bole langsung pulang ja kalo dah waktunya.

Minggu ke 3 laen lagi nuansanya, bagian perso kaya bagian kranjang sampah, semua bengek masuk kesitu, teteknya mah dinikmati bagian laen. Aku blajar banyak banget, aku bilang ke si bapak, kudunya di rekrutmen 2 ari aja, biar lebi banyak lagi blajar dimari. Aku diajari gimana ngomong ma bagian laen yang marah2, gimana supaya bisa nyelesain konflik, kalo corn flake tinggal dicampur susu anget, beres. Aku semangat banget magang di perso, supervisornya cowok, dia seneng banget ngajarin aku. aku juga banyak bertanya ma si bapak selepas jam kerja, sehingga aku pulangnya selalu malem. si bapak telaten sekali ngasi bimbingan ke aku. Pulangnya aku diajak makan. aku dah brani ngejawab gombalannya.

“Nez, kamu dah imut, sexy, mulus, kulit kamu putih lagi”.

“Mangnya napa kalo putih pak, lagian inez kan kurus masak sexy si, tocil kan pak”.

“Kalo diluar gini jangan panggil pak dong”,

“Bis manggil apa dong, om aja deh ya”.

“Boleh, justru karena kamu imut jadi badan kamu proporsional, makanya aku bilang kamu sexy, Lucu lagi kalo imut tapi toge, gak imbang jadinya”. “Mang om suka ma yang imut ya”.

“Iya, bisa digendong kemana2?.

“Kok gendongan?”

“Blon perna ya digendong cowok kamu, asik lagi. Kamu da cowoknya kan”.

“Ada cuma jarang ketemu”

. “Trus kalo ketemu ngapain”.

“Ada deh, om mo tau aja”.

“Lo kan kamu mau tau semua urusan kerjaan aku kasi tau, ni aku nanya atu aja kok kamu gak mo ngasi tau si”.

“Ya gitulah om, anak muda kalo dah lama gak ktemu ngapain?”

“Ngangon burung ke sangkarnya ya Nez, asik dong”.

“Jarang kok om ktemunya, dia da dilaen kota, jadi kalo ada waktu baru bisa ngapelin Inez”.

“Mangnya kerja ya”.

“iya”.

“Jablay dong kamu ya, mau gak aku yg blay”.

“Ih si om genit”. “Tapi suka kan”.

“Ge er, sapa lagi yang suka”.

“aku suka banget ma kamu, sejak pertama ktemu kamu”.

“Masak si, kan om dah kluarga”.

“Sapa bilang, aku dah pisah lagi”.

“anak?”

“da 2 orang, ikut ibunya, jadilah aku jomblo, baeknya da kamu yang nemenin”.

“Om kesepian ya”

. “Iya Yang, kamu mo gak nemeni aku”.

Wah meningkat ni kedudukan aku, dipanggil Yang. Aku senyum2 ja, “mangnya om gak malu jalan ma abg kaya Inez”.

“Napa mesti malu, kamu kan cantik, mau ya jadi cewek aku”. Buset dah ni om, galau banget dia.

“Job desc cewek om apa”.

“Wah hebat, blajar ampir 3 minggu dah bisa nyebut job desc, ya menghibur aku lah, mau ya Yang”.

Tanpa sadar aku ngangguk, soalnya aku juga seneng banget liat si bapak. Supervisor perso juga ganteng tapi kan dia masi muda, seleraku om2 kali ya. Abis makan dia nganterin aku ke kosanku, “Om, kalo jalan ma om Inez ganti baju dulu aja ya, tadi makan ja diliatin orang2?.

“Kamu bawa baju ganti ja, seblon pulang kantor kamu ganti baju dulu”.

“Ntar ditanyain orang kantor om”.

“Bilang ja mo ke tempat temen, ada kerjaan skolah”.

Pulangnya seblon aku turun dari mobil, dia mencium pipiku, aku sampe tersipu, “mimpiin aku ya Yang”. Besoknya dikantor dia biasa aja kaya gak da papa ma aku semalem, aku juga manggil dia bapak lagi.

Sampelah hari terakhir magangku. Dia bikin semacam upacara pelepasan dengan para supervisor dan staf yang ada di kantor, aku dikerjain abis2an, disuru crita kesan2 selama magang, ditanyain semua hal dan aku kudu jawab, kaya siapa yang paling nyebelin. Gak bisa kan aku nunjuk orang, jadi pandai2lah aku ngejawabnya. Supervisor perso bilang,

“Wah Inez pinter banget deh, diajarin skali langsung bisa praktek”.

Yang laen ngejodoin aku ma supervisor perso yang ternyata masi jomblo. Aku ngeliat ke si bapak, dia tenang2 aja mendengar gurauan stafnya, malah ada yang nyuru supervisor perso berdiri disebelahku dan di foto2in pake hape, disuru meluk pundakku, pinggangku, eh dianya nurut aja, aku si cuman cengar cengir ja, aku gak enak ma si bapak, cuma si bapak tenang banget, gak da prubahan papa di wajahnya, senyum2 ja. Setelah semua acara pamitan slesai, aku nunggu si bapak di halte deket kantor, setiap sore memang aku nunggu dia disitu, dia kan dah sminggu ni ngajak aku makan malem trus, lumayanlah ada yang mbayarin.

“Om, gak papa kan tadi candaan temen2?.

“Gak papa kok, kamu suka gak ma dia”.

“Bukan selera Inez om”.

“Lo, bisnya selera kamu yang kaya apa”.

“Yang kaya om, cowok Inez juga tipe om2 kok”.

“O gitu, bagus dah, jadi aku gak da saingan di kantor”.

“Kita jalan ke ancol yuk”.

“Ngapain om”.

“Kamu perna ke pasar seni gak”.

“Gak tu om, mangnya mo liat paan disitu”.

“Ya liat2 seni lah, asik juga liatnya, mau Yang”.

aku dah ganti baju, aku pake jin ma tengtop ja, biasanya aku pake blus en rok kalo makan malem.

“Kamu sexy banget deh, kok gak pake baju kaya biasanya”.

“Kan hari trakhir, jadi pakeannya dibedain”. “Kok terakhir, katanya mo jadi cewek aku”.

“Ya tapi kan ketemunya gak bisa tiap ari om, Inez kan kudu sekolah, ada tugas yang kudu Inez selesaiin”.

“Ya gak papa, jumat malem ja kita ketemuannya ya”.

“Kalo gak da kerjaan buat weekend ya om, kadang tu ada tugas kelompok, ya ngerjainnya kalo weekend”. Dia ngangguk ja.

“Mau ya ke pasar seni”.

Aku cuma ngangguk ja. Di pasar seni aku digandengnya kemana2, kadang pundakku dipeluk, kadang pinggangku dipeluk sambil ditarik merapat ke badannya. Aku cuma bermanja2 ma dia. Kayanya dia ngebales keselnya dia tadi waktu si supervisor meluk2 aku waktu di foto2in. Kita nyari makan, ngobrol berlama2, gak kerasa dah ampir tengah malem.

“Nez cape ya, cari tempat istrahat yuk”.

" Wah naga2nya mo ngajak cek in ni, aku blaga pilon ja”.

“Ya pulang aja om”.

“aku cape banget deh, gak sanggup nyetir lagi, kamu bisa nyetir gak”.

“Gak bisa om”. “Ya udah ke hotel ja yuk, kan dimari ada hotel juga”.

“Kan mahal om”.

“buat kamu apa si yang enggak”.

Dia membeli beberapa botol soft drink, menggandeng tanganku ke parkiran mobil, dibukanya pintu mobil dan aku duduk, gak lama kemudian mobilpun meluncur ke motel yang ada disitu. Kayanya jam2an deh, gak tau deh dah ampir tengah malem gini gimana itungannya, katanya si dapet lebi dari 6 jam. Mobilnya masuk garasi, dia turun dari mobil, akupun ikut dan kita masuk ke kamar. Aku langsung berbaring ja di ranjang masi dengan pakean lengkap, isinya cuma ranjang besar, kaca rias, tv, seperangkat sofa dan banyak kaca di dindingnya. kamar mandinya cuma da shower, toilet dan wastafel, ada anduk dan toileteris yang di bungkus plastik. Gak lama lagi terdengar ketukan pintu, si bapak membuka pintunya dikit dan membayar biaya kamar.

Sambil berbaring dengan pakaian masih lengkap, kami bincang- bicang. Dia yang move duluan, tangan kanannya memeluk tubuhku, dah kepalang tanggung berdua dengan dia diranjang, aku tidak segan-segan lagi membalas pelukannya, sehingga kami saling berpelukan dalam keadaan berbaring menyamping. “Dah sejak awal ketemu aku pengen meluk kamu di ranjang gini deh Nez, kesampean juga”, dia sedikit berbisik ketika wajah kami sudah saling menyentuh sehingga napas kami sudah saling beradu. Kemudian bibirnya langsung merambah bibirku, sambil dia memasukkan lidahnya dalam mulutku, sehingga kami saling mengisap, saling bergumul dan memainkan lidah dalam mulut kami masing-masing.

Permainan mulut dan lidah kami berlangsung semakin rapat dan cukup lama, sampai kami merasa terengah-engah akibat kecapean mengisap. Sambil bermain lidah, dia mencoba memasukkan tangan kanannya ke dalam tengtopku hingga masuk ke dalam braku. Aku tidak tahan lama dipermainkan toketku, apalagi dia meremas-remas kedua toketku dengan lembut dan sesekali memlintir2 putingku yang mulai mengeras dan menonjol itu. Aku tidak mampu lagi menyembunyikan kenikmatan yang kurasakan dan terasa aku mulai terangsang, aku mulai mengerang-erang kecil. “Nggak mau mandi dulu om?” tanyaku. “Nantilah, kan blon kringeten, lagian ada ac”, jawabnya sambil tetap memainkan lidahnya dalam mulutku dan meremas-remas toketku yang imut.

Namun karena ia nampaknya sudah sangat terangsang, ia tiba-tiba melepaskan pelukannya dan mengeluarkan lidahnya dari dalam mulutku lalu duduk sambil satu demi satu ia buka kancing bajunya hingga terlepas dari badannya. Aku hanya mampu menatap kekarnya dadanya, masi perkasa banget keliatannya. Warna kulit kami sangat kontras karena kulitku putih sementara kulitnya agak hitam.


Setelah ia melepaskan baju kain yang dikenakannya, ia lalu kembali berbaring, “Tengtop kamu dilepas ya”. Aku cuma mengangguk, dia bangun lagi dan melepaskan tengtopku. aku mengangkat kedua tangan keatas untuk mempermudah lepasnya tengtop dari tubuhku. Kami kembali berpelukan dan bergumul di atas kasur yang empuk. Kali ini aku menindihnya masih mengenakan bra warna putih, sementara dia bertelanjang dada. Namun hal itu tidak sampai bertahan lama, sebab dia tidak tahan lagi mau segera melihat isi dalam braku. braku pun segera menyusul, dia menyelipkan kedua tangannya ke punggungku, aku mengangkat badanku sedikit untuk mempermudah dia melepas kaitan braku. lalu dia meremas-remas toketku dengan penuh napsu. “Kecil kan om”. “Gak lah, segini justru pas ditanganku”. segera dijilatinya dan diisap-isapnya pentilku yang imut yang dah mengeras.dia mengemut pentilku keluar masuk mulutnya sehingga kedengaran bunyinya akibat air liurnya yang membasahi pentilku.

Mulutnya turun menciumi perutku membuat aku menggeliat kegelian, “Geli om, udahan dong”. dia segera melepas kancing jinsku dan menariknya kebawah. aku mengangkat pinggulku untuk membantunya sehingga lepaslah jins ku dari kakiku menyisakan cd miniku aja. Dia menggosok selangkangaku yang masi tertutup cd sehingga menjadi sedikit basah,

“Dah mulai napsu ya Nez”.

“He eh”, aku hanya mengguman saja, menikmati elusannya di selangkanganku. Tak lama kemudian, cdku pun dilepasnya. Kembali aku mengangkat sedikit pinggulku untuk mempermudah dia melepas cdku, dan telbul lah aku didepannya. Matanya berbinar2 menelusuri tubuh telanjangku dari ujung rambut sampe ujung kaki, “ck ck ck”, decaknya. di antara selangkanganku terdapat seonggok daging yang cukup empuk dengan tonjolan daging mungil antara kedua belahannya, nampak warnanya agak kemerahan dan kulit disekelilingnya juga berwarna putih dengan bulu2 halus yang menerawang sedikit. Kini aku dalam keadaan bugil penuh sambil baring dengan merenggangkan kedua pahaku yang menjepit daging empuk itu.

Tanpa berlama-lama, segera dia segera menjulurkan lidahnya menelusuri daging empuk yang terbelah dua itu. tidak terlalu sulit baginya untuk memasukkan lidah ke lubang tengahku itu. Semakin lama semakin dipercepat kocokan lidahnya kedalam mekiku sehingga mengeluarkan bunyi seperti kucing yang menjilat air. Aku menjadi semakin histeris dan menggerak-gerakkan pinggulku serta aku mengangkat tinggi-tinggi kedua kakiku hingga ujungnya bersentuhan dengan bahunya sambil tetap merenggangkannya. Dia semakin leluasa memasukkan lidahnya lebih dalam dan memutar-mutarnya sehingga terasa mekiku semakin mengeluarkan cairan yang membasahi seluruh dinding lubang mekiku.

“Aduh.. om.. enak sekali om.. terus om.. aahh.. uhh.. mm..”

hanya suara itulah yang berulang-ulang keluar dari mulutku ketika dia menggerak-gerakkan ujung lidahnya pada lubang mekiku. “Kamu merasa enak sayang? Bagaimana sekarang? Aku masukkan saja?” tanyanya sambil terus mempermainkan lidahnya dalam lubangku. “Auh.. hee, ohh.. ehh.. mm..” Suaraku itu semakin menaikkan rangsangannya sehingga akhirnya dia secara berturut-turut membuka celana dan cdnya sekaligus sampai tubuhnya sudah telanjang bulat. Aku mengambil alih permainan, aku mau merangsang dia juga agar kenikmatan yang kami ingin raih bersama bisa maksimal.


Aku mengambil posisi disisi kanannya dan mulai menghisap pentilnya serta gigitan kecil di sekitarnya sambil tanganku mulai ikut mengocok kontinya. “Ihh.. ahh.. uhh..”, hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya.

“Ouh.. sst.. aduh nikmat Nez..”, sambil merasakan terus sensasi kenikmatan yang melanda tubuhnya. Aku mulai sejengkal demi sejengkal menjilati setiap bagian tubuhnya, tidak ada yang terlewatkan.

“Ahh.. Yang.. ohh.. sstt..”, serunya sambil tubuhnya mulai menggeliat seperti cacing menahan rasa geli bercampur nikmat karena permainan lidahku pada tubuhnya. “Kamu blajar yang beginian dari cowok kamu ya Yang”. “He-eh”, gumamku. “Ohh.. hoo.. huss”, erngnya kembali sambil mulai mengangkat-angkat pantatnya ketika mulut dan lidahku sudah sampai di sekitar bagian paling sensitif tubuhnya. “Ayo.. Yang.. sedot dong, hoo..”, dia menyuruhku menyedot kontinya yang berdiri tegak seperti tiang bendera disertai mengalirnya air bening kenikmatan yang keluar dari lubang kontinya. Tetapi aku tidak menghiraukan permohonannya, aku justru asyik memainkan di sekitar selangkangannya dan sesekali singgah di biji pelernya yang mulai memerah.

Napasnya mulai tidak beraturan, namun aku belum juga menyentuh batang kontinya yang semakin deras mengeluarkan air bening seperti sedang menangis minta dijamah. Sampai-sampai bulu-bulu di sekitar pangkal kontinya sudah terasa basah semua. “Ahh.. .. sekarang sedot kuat-kuat Yang..”, pintanya lagi. Kini batang kontinya mulai kujilat perlahan-lahan oleh seperti sedang menjilat lelehan es lilin yang airnya mengalir turun di batangnya. Ketika ujung lidahku menyentuh lubang kontinya aku mulai memutar-mutar lidahku itu disitu. “Oh.. nikmatnya, hoo.. sekarang sedot Yang”, kembali dia memohon agar aku menghisap kontinya, jangan hanya dijilatin saja. ” ohh.. masukkan semua di dalam mulutmu, ohh..”, serunya ketika aku sudah memasukkan kontinya di dalam mulutku. Dia mengerang gak keruan ketika merasakan kontinya sudah kuat kusedot2. Apalagi gerakan itu kulakukan tanpa bantuan tanganku, semuanya kulakukan hanya dengan mulut dan lidahku aja.

“Sst.. ohh.. Yang sedot terus”, serunya mulai tidak karuan dengan napas yang mulai memburu. “Ahh.. terus Yang..”, serunya lagi terus menyuruhku mengocok kontinya dengan mulutku. “sedikit lagi Yang, aku sudah mulai rasa ya.. ohh..”, serunya sambil pantatnya ikut bergoyang kiri kanan mengimbangi mulutku yang maju mundur di batang kontinya. “Om.. keluarkan di dalam mulut Inez ja, Inez ingin sekali minum semua mani om”, kataku sambil memasukkan kembali kontinya ke dalam mulutku dan mengocok, menyedot dan mempermainkan lidahku di kontinya secara bergantian.

“terus.. ayo.. sedot Yang..”, serunya seiring dengan *an air maninya sebanyak empat kali di dalam mulutku. Kutelan semua maninya, gak menyisakan sedikitpun ketika kontinya masih didalem mulutku. Bahkan ketika air maninya sudah keluar semua dan tidak ada yang tertinggal di batang kontinya, aku justru menyedot kuat di lubang kontinya untuk meyakinkan bahwa air maninya telah keluar semua dan telah tertelan olehku. “Ah.. oh.. ahh., ruar binasa Yang. Hebat kali sedotanmu, cowok kamu bener2 coach yang baek ampe anak didiknya lihai banget dalam urusan sedot menyedot, kaya pompa aer sanyo ja”. .”, guyonnya lemas merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja dia rasakan. Sementara itu aku sudah mengeluarkan kontinya dari mulutku. aku tersenyum melihatnya terkapar puas sambil mengelus-elus kontinya yang perlahan-lahan mulai lemas.

“kamu sudah sering ngelakuinnya ya Yang ma cowok kamu”, tanyanya. “Soalnya kamu tadi sepertinya sudah pengalaman banget”, sambungnya. “Iya om diajarin cowok Inez ja gimana ngemut yang nikmat. Sudah sebulan Inez tak melakukannya makanya tadi Inez sangat agresif”. “Kenapa?” “Ia lagi tugas keluar pulau om, mungkin enam bulan baru balik”. “Wah.., kamu bisa tahan ndak”. “Kan ada om..”, jawabku genit.

Setelah merasa cukup istirahatnya, dia mulai lagi meraba2 toketku. “Sekarang giliranku lagi ya Yang”. aku senang ja selama permainan ini dia slalu manggil aku Yang, serasa bener2 dia tu cowokku, atau minimal pengganti cowokku yang dah pergi tugas. “Om, sedot toket Inez lagi ya, kaya tadi”, kataku sambil berbaring mengambil posisi terlentang di tempat tidur, namun kedua kakiku masih tergantung di pinggir tempat tidur hampir menyentuh lantai. langsung tangannya mulai bergerilya di toketku sambil mulut kami saling menutupi dan lidah kami saling tarik. “Mmh.. mmhh..”, suara kami berdua saling berbalas sambil menikmati permainan lidah kami dan tangannya yang sudah semakin liar di toketku.

Setelah kurang lebih sepuluh menit kami lakukan gaya itu akhirnya mulutnya menggantikan posisi tangannya untuk bergerilya ditoketku sementara tangannya sudah turun bermain di mekiku yang telah becek oleh lendir. “Oh.. ya.. sedot om, ahh..”, giliran aku melenguh karena mulai meningkat gairah birahiku akibat sentuhan kenikmatan yang aku dapat dari permainan mulut dan jari tangannya. “Sst.. agh.., masukkan jari om di lubang Inez dong” , sambungku lagi ketika dia mulai memainkan jari tangannya di dalam lubang mekiku. “om.. goyang di dalam agh..”, desisku menikmati permainan jari-jarinya di liang mekiku yang sudah sangat becek. “cepat om, ya.. sedikit lagi”, seruku sambil mengangkat kedua kakiku dan membuka kedua sisi pahaku sehingga mekiku terbuka lebar. Pantatku pun kini semakin bergoyang ke kiri-kanan yang kadang kuangkat-angkat sedikit. Aku tidak ingin mencapai klimaksnya sendiri. “Om, gaya 69 dong, biar om enak juga”. Segera dia memosisikan dirinya dengan gaya 69 sehingga posisi wajahku tepat berada di depan kontinya yang berdiri tegak seperti tiang bendera, lalu kupegang batang kontinya yang sudah ereksi berat dan kumasukkan lagi ke dalam mulutku. “Ssrr.. cup.. cup..”, suara yang keluar dari mulutku ketika menyedot kepala kontinya dengan kuat sekali sehingga ketika aku menariknya keluar terdengar bunyi tersebut. “Ahh.. aggh.. wow..”, serunya kegelian akibat permainan mulutku terhadap kontinya. “Aduhh.. agh.. nikmatnya.., aku mulai rasa nih”, katanya memberitahu aku bahwa dia sudah mendekati klimaks.

Segera aku menyetop emutanku dan mengeluarkan kontinya dari mulutku secara perlahan agar dia dapat menahan orgasmenya sesaat. “Inez diatas ya om”, kataku sambil menyuruhnya berbaring gantian dipinggir tempat tidur dengan kakinya tetap tergantung ke lantai. Akupun berdiri dan mengambil posisi membelakanginya lalu dengan perlahan seperti orang yang akan duduk, aku meraih kontinya dan menuntunnya masuk ke dalam lubang mekiku.

“Agh.. ohh..”, desisku ketika memasukkan kepala kontinya kedalam mekiku, kemudian kucabut lalu kumasukkan kembali. Gerakan itu kulakukan sebanyak dua kali. “Ya.. uhh.. auh..”, desahku lagi sambil mulai mengeluar-masukkan kontinya dalam mekiku. Aku berusaha untuk mencoba memasukkan sebagian demi sebagian kontinya hingga seluruh batang kontinya masuk semua hingga ke pangkalnya, kedua buah sisi pantatku telah rapat di kedua pahanya. “Ouhh.. sstt.. .”, desahnya ketika aku mulai bergoyang diatas kedua pahanya bak orang lagi menunggang kuda. Goyangan pinggulku sebentar-sebentar lambat dan sebentar-sebentar aku percepat putarannya dan naik turunnya pinggulku.

Setelah kira-kira sepuluh menit dalam posisi begitu akhirnya aku mulai merasakan mekiku menegang dan menghimpit kontinya dengan erat. goyanganku semakin cepat dan tidak beraturan. “Oma.. konti om nikmat sekali”, desahku dengan napas yang mulai tidak beraturan dengan goyangan naik turunnya tubuhku yang semakin cepat sehingga menimbulkan suara seperti orang yang bertepuk tangan akibat pertemuan kedua pahanya dan dua buah pantatku. Akhirnya, “Ouh.. om.. Inez keluar om.. ahh..”, desahku dengan nada yang sedikit panjang. Ketika itu juga tubuhku berhenti bergerak dan menekan turun tubuhku sehingga seluruh kontinya amblas masuk kedalam mekiku. “Oh.. nikmat sekali om..”, desahku. Lendir mekiku berhamburan keluar membasahi seluruh pangkal kontinya dan bulu jembutnya, sampai-sampai lubang anusnya ikut basah. Menyaksikan erangan dan mimik kenikmatan serta jepitan otot mekiku akibat mencapai orgasme, kepala kontinya terasa ikut membesar. pinggulnya membuat gerakan memutar-mutar kecil. Sambil mendesis pelan, “Oh.. enak ya Yang” “Hmm, auh..”, jawabku. spontan dia langsung mengambil alih kendali dengan menyodok naik lubang mekiku sehingga tubuhku agak terlempar naik sedikit. “Aku ndak tahan nih ohh..” serunya sambil terus menyodok-nyodok lubang mekiku yang masih basah oleh lendir kenikmatanku.

Dia lalu duduk di pinggir tempat tidur dengan aku tetap di pangkuanku serta kontinya yang masih tetap bertahan di lubang mekiku dan membelakanginya.

“Ohh.. ahh..”, desahku yang mulai kembali terangsang akibat kedua toketku diremasnya dari belakang sambil menciumi tengkukku. Aku juga mulai membuat gerakan-gerakan kecil dengan mengoyang pantat sehingga ujung kepala kontinya terasa menyentuh g-spotku.

“Agh.. agh.. agh..”, desahku keenakan. Aku semakin tidak tahan dengan gerakan-gerakan kecilku dikombinasikan dengen tusukan kontinya yang gencar dari bawah, “Om, Inez dah mo nyampe lagi nih”, desahku semakin kuat dengan napas yang mulai tidak beraturan. “Cepet amir Nez, aku blon brasa banget mo ngecret”. “Ahh.. ya.. oh.. om.. ahh..”, desahku dengan sangat panjang mendapatkan orgasmeku kembali. Aku langsung nyender pada dadanya. “Om, nikmat banget deh maen ma om”.

Aku dibaringkan telentang diranjang dan dia segera menaiki aku untuk menuntaskan permainan ini. Dia mengarahkan ujung kontinya pada mekiku yang sudah basah dan sedikit terbuka itu. Sebelum dia sempat menusukkan ujung kontinya ke lubang mekiku, aku terlebih dahulu meremas dan mengocok-gocok kontinya dengan tanganku sehingga membuat dia semakin gemas. Kini senti demi senti dia mendorong ke depan hingga ujung kontinya pas tertuju pada lubang mekiku. Aku hanya membantu dengan kedua tangannya membuka kedua bibir memekku sehingga kontinya dapat menembus lubang mekiku dengan mudah. Dia mengangkat tinggi-tinggi kedua kakiku hingga ujungnya berada di atas kedua bahunya. Kurasakan kontinya masuk menyelusup ke dalam mekiku tanpa suatu kesulitan yang berarti hingga seluruhnya amblas. Aku semakin mengerang dan napasnya terengah-engah bagaikan orang yang lari dengan kencangnya. Suara dan napas kamipun saling memburu, sekujur tubuh kami dibasahi oleh keringat. AC di kamar itu nampaknya tidak terasa pengaruhnya. “Om, nikmatnya….”, erangku.

Aku menarik pinggulnya dengan keras dan diapun menekan kontinya ke dalam mekiku juga dengan keras sehingga peraduan antara kontinya dengan mekiku semakin dalam dan kencang. Genjotan kontinya semakin dipercepat sampai-sampai peraduan paha kami menimbulkan suara cukup keras. Kami sempat memperhatikan gerakan-gerakan kami itu di cermin besar yang ada di samping tempat tidur, yang diselingi dengan suara TV yang sengaja kami keraskan untuk menyamarkan suara kami.

Keringat yang membasahi tubuh kami semakin bercampur, sehingga terasa tubuh kami saling lengket. Aku gak puas dengan posisi di bawah, “om, inez pengen wot lagi”. Segera dikeluarkannya kontinya dari dalam mekiku lalu merobah posisi. Aku dengan sigap mengangkanginya lalu memasukkan kembali kontinya dalam mekiku lalu aku dengan cepat menggerakkan pinggulku ke kiri dan ke kanan, ke bawah dan ke atas, sehingga dia sulit menahan lahar hangat yang tertampung dalam kontinya.

Setelah beberapa saat, aku menawarkan padanya untuk nungging agar ia dapat dengan jelas mengamati gerakan-gerakan kami lewat cermin, namun dia gak mau agar tidak mengeluarkan lagi kontinya dari dalam mekiku sebab merasa sudah sangat mendesak ingin muncratkan maninya. Kali ini aku dengan keras dan cepatnya menggoyangkan pinggulku maju mundur dan kiri kanan, bahkan aku menarik dia bangun sehingga kami setengah duduk dengan meletakkan kedua pahaku di atas kedua pahanya, lalu pinggul kami bergerak seirama seolah kami saling mendorong dan menarik. Kakiku melingkar kebelakang tubuhnya.

Tiba2 dia memelukku keras, dia menyuruh aku memeluk lehernya, dia memegang pahaku dan berusaha untuk berdiri. “Mo ngapain om”. “Kamu blon perna digendong kan?” Setelah dia bisa berdiri sambil menggendongku, dia mulai menurunkan tubuhku pelan kemudian mengangkatnya kembali keatas, terasa sekali kontinya menelusuri liang mekiku pelan keluar masuk, sensainya beda banget ma wot di ranjang. “Gimana rasanya”. “Fantastis om, Inez blon perna ngerasain yang kaya gini, dia berjalan menuju ke tembok, badanku terayun pelan sehingga terasa sekali kontinya bergerak keluar masuk mekiku. Wah nikmat banget deh.

Dia menekan punggungku ke tembaok dan mulai mengedutkan kontinya keluar masuk mekiku, dengan bersender ke tembok, dia bisa mengeluar-masukkan kontiny dengan lebi cepat ke dalam mekiku, aku mulai mengerang keenakan, “Om, luar biasa deh nikmatnya. Inez blon perna ngrasain gaya gendongan”. “Kan tadi aku dah bilang, aku demen banget ma cewek imut supaya bisa digendong2, ya inilah maksudnya”. Aku cuma bisa melenguh keenakan merasakan kontinya makin cepat kluar masuknya di meki aq.

Kami tidak mengubah lagi posisi hingga kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan. muncratlah maninya dalam mekiku sambil terus memompa mekiku dari bawah dan mengikuti gerakanku. Bersamaan dengan aku kembali mencapai klimaxku. “Wah Yang, meki kamu dah peret, empotannya berasa banget, palagi wot, ulekan meki kamu kaya ulekan sambel aja, mana tahan”.

“Ya gak papa, masi da ronde ke 2 kan”.

“Pastinya, mana puas aku ngecret cuma sekali di meki kamu. Eh gak papa kan ngecret dalam meki kamu.

“Gak papa kok om”.

“Kamu lagi gak subur kan”.

“justru lagi subur, makanya napsu Inez gampang banget terangsangnya”.

“Wah gawat dong”.

“tenang aja om, Inez da antinya kok, dikasi ma cowok Inez. Dia kan datengnya bisa kapan aja, sehingga kalo mo maen ya gak usah ribetin subur gaknya Inez, makanya dia kasi Inez antinya”. Wah hebat, kudu trima kasi tu ma cowok kamu”, jawabnya sambil tertawa. Dia mencabut kontinya pelan dari mekiku, bersamaan dengan melelhnya maninya dari mekiku, dia menurunkan aku dari gendongan ke ranjang, sehingga aku telentang diranjang dan dia menyusul terkapar disebelahku, setelah cukup istirahat menenangkan napas yang memburu, baru kami ke kamar mandi untuk membersihkan konti dan meki yang berlepotan dengan mani, dibawah pancuran air hangat, kemudian andukkan dan segera kembali ke ranjang. Dinginnya ac menyengat tubuhku yang masi setengah basah sehingga kerasa dingin. “Om acnya dimatiin ja, dingin banget”. “Jangan dimatiin yang, ntar panas, naekin suhunya ja”, jawabnya sambil menaekkan suhu ac. “aku pasang di 25 drajat ja ya, ini minimum, pantes dingin banget jadinya, kan dah malem juga”. Dia kembali berbaring disampingku, memeluk dan mencium kening dan bibirku. kemudian berbaring sambil berpelukan, bermesraan. Kami saling bercanda dan bersenda gurau layaknya pasangan kekasih yang lagi dimabuk asmara.

“Om, istirahat dulu ya, Inez dah lemes banget, om hebat ih bisa ngegiring Inez ampe 3 kali nyampe”.

“iya kita istirahat dulu, gak usah buru2, kita masi punya waktu ampe besok siang”.

Kami berdua tidur nyenyak sekali, mungkin abis perang bratayuda sangat melelahkan. Aku terbangun karena pengen pipis, dia masih tertidur. Kulihat dah terang dibalikmkorden jendela. Segera aku ke kamar mandi dan memnunaikan hajat kecilku, Aku menggosok gigi dan mencuci muka. Belum selesai dia masuk kekamar mandi dan memeluk tubuh telanjangku dari belakang. “Selamat pagi sayangku”, katanya sambil mencium tengkukku sehingga aku menggelinjang kegelian. “Dah pipis dulu, tu kontinya ampe ngaceng keras ” Dia melepas pelukannya dan buang air imut, kemudian dia ikutan gosok gigi dan cuci muka. Aku keluar duluan dari kamar mandi dan berbaring di ranjang lagi.

Dia segera menyusulku, tanpa diperintah lagi dia langsung mendekatkan batang kontinya ke tangan ku. Segera kuelus dan keremas dengan gemas. Aku mendekatkan wajahku untuk mengulumnya. “Sarapan paginya ini ya om”. “Kamu dah laper ya Yang, siangan ya makannya sekalian cek out, gak usah nunggu ampe jam 12, kita brunch ja di mangdu sambil beli pakean buat kamu. Itung2 trimakasi dari kantor kamu dah bantuin 3 minggu dengan memuaskan”. “Juga dah memuaskan om juga malem ini kan”. “Ya itu juga, aku puas banget deh maen ma kamu, ruar biasa dah meki kamu, dah peret abis trus kedutannya tu gak nahan banget, ntar kita beli juga hadiah dari aku pribadi deh”. “Inez gak minta lo om, Inez juga puas banget kok maen ma om, jau lebi nikmat ma om katimbang cowok Inez. Inez mau deh jadi ceweknya om asal dikasi nikmat tiap malem”. “Wah kalo tiap malem, kamu mesti tinggal ma aku dong”. Aku cuma senyum ja sambil kembali mengulum kontinya. Dia mendesah

Gak lama dia menarikku berbaring lagi. kayanya dah pengen masuk lagi dia, kontinya dah full ngacengnya. dengan hangat aku dipeluknya dan aku pun membalas pelukannya. Bibirku diciumnya dengan penuh kehangatan dan kelembutan. aku menyambut ciumannya, dia menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan segera kubelit juga dengan lidahku. Bibirku yang telah berubah warna menjadi merah terus dipagutnya dengan posisinya yang menindihku.

Dia menghentikan pagutan bibirnya dan melanjutkan kebawah, terus kebawah sampe ke bukit mekiku. Dipandanginya bukit mekiku, kakiku direnggangkannya. Pagutannya beralih bibir mekiku. Pantatku terangkat dengan sendirinya ketika bibirnya mengulum bukit mekiku yang telah basah oleh cairan. Jilatan dan emutan pada klitku membuat pahaku menjepit wajahnya. Semburan panas keluar dari mekiku, aku hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang diakibatkan oleh jilatan dan emutannya.

Dia kemudian menarik tubuhku agar pantatku pas di pinggir ranjang. Kakiku menyentuh lantai dan dia berdiri diantara kedua pahaku. batang kontinya diarahkan ke bukit mekiku. Dia sedikit lebih melebarkan pahaku sehingga klitku terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kontinya di bibir mekiku. Aku merangkulnya dan mencium bibirnya. Pagutan pun kembali terjadi, bibirku dengan lahapnya terus memagut bibirnya. Dia meraba-raba bukit mekiku dengan batang kontinya, kemudian didorongnya perlahan sehingga kepala kontinya melesak masuk mekiku.

Kuluman bibir kami terjadi lagi. Dadanya terus digesekkan ke toketku yang sudah mengeras. Aku mengangkat kakiku tinggi-tinggi untuk menambah nikmatnya. Kepala kontinya terjepit liang mekiku, sambil mencium telinga kiriku, dia menekan kontinya supaya masuk lebi dalam, batang kontinya sudah masuk ke liang mekiku hampir setengahnya. kakiku semakin kuangkat dan tertumpang di punggungnya. Tiba-tiba tubuhku bergetar sambil merangkulnya dengan kuat. “Aduhh..om” dan cairan hangat keluar dari bibir mekiku.

Mendapat guyuran air di dalam mekiku, dia lalu memasukkan semua batang kontinya ke dalam lubang mekiku. “Auh.. auh.. auh..” lenguhku. Aku terus menggoyang-goyangkan pantatku ke kiri dan ke kanan. Dia juga mengenjotkan pantatnya sehingga kontinya kluar masuk di mekiku. Nikmat banget rasanya pagi gitu dah dienjot dengan penuh napsu. Aku dengan ganasnya menggoyang-gonyangkan pantatku kekanan dan ke kiri membuat dia karena kuatnya jepitan bukit mekiku yang semakin menjepit. Beberapa menit kemudian dia memeluk badanku dengan eratnya dan batang kontinya ditekannya dalam2 dibarengi semburan panas maninya ke mekiku. Selang beberapa menit dia diam sambil memeluk aku yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan pantatku ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang sangat lambat.


Dia mendekapku sampai batangnye mengecil dan terlepas dari mekiku. Dia merebahkan dirinya disampingku. Dia mencium keningku, “Yang, makasi buat kenikmatan yang kamu kasi ke aku”. “Inez juga nikmat banget kok om”. Ya udah skarang kita mandi trus cek out”. Larena dah laper juga segera kita membersihkan diri di kamar mandi, berpakean dan langsung cek out. Mobilnya meluncur ke daerah mangdu yang gak jauh dari lokasi motel. Nomer satu kita mengisi perut yang dh dangdutan dan diskoan dari tadi. habis itu dia mblanjain aku pakean dan hape baru dan berakhirah sesi nikmat diantara kami berdua dengan dia nganter aku pulang, mungkin akan ada lanjutannya tapi blon bisa diramal skarang.